Lawatan Sejarah Daerah

Lawatan Sejarah Daerah (Laseda) merupakan salah satu program bersama 11 unit Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh (BPNB Aceh), dengan wilayah kerja yang mencakup dua provinsi (Aceh dan Sumatera Utara), Laseda merupakan salah satu program unggulan yang dilaksanakan sebagai salah satu wadah untuk melestarikan nilai-nilai kesejarahan, melalui penanaman nilai-nilai kesejarahan kepada siswa-siswi sekolah menengah tingkat atas/sederajat dengan cara melawat/mengunjungi situs-situs bersejarah yang terdapat di Aceh dan Sumatera Utara. Ini sesuai dengan salah satu dari tujuh visi dan misi BPNB Aceh, yakni: “Pelaksanaan pelindungan tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman,dan kesejarahan” di dua wilayah kerjanya.

Kegiatan Laseda ini tidak hanya akan berhenti pada tingkat daerah saja, akan tetapi berlanjut kepada tahapan berikutnya, tingkat nasional, yakni Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas) yang dilaksanakan oleh Direktorat Sejarah yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari kegiatan Laseda yang telah dilaksanakan oleh ke-11 BPNB nantinya akan dipilih beberapa siswa-siswi terbaik sebagai perwakilan masing-masing daerah yang berada pada wilayah kerja masing-masing ke-11 unit BPNB tersebut. Mereka akan mengikuti kegiatan Lasenas yang dipusatkan di salah satu daerah di Indonesia. Untuk tahun 2018 ini Lasenas akan diselenggarakan di Kota Banda Aceh dan Kota Sabang pada tanggal 27 April – 01 Mei 2018 dan insyaAllah akan dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, bapak Muhadjir Effendy.

Melawat Sejarah Aceh

Pada tanggal 14 s/d 17 Maret 2018 yang lalu BPNB Aceh telah melaksanakan kegiatan Laseda di tiga daerah yakni: Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Aceh Jaya. Diikuti oleh 70 orang peserta yang berasal dari beberapa SMA/SMK/sederajat di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara, kegiatan ini berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Pada hari pertama kegiatan para peserta mengikuti seremoni pembukaan kegiatan seperti biasa. Selesai itu kegiatan langsung dilanjutkan dengan sesi diskusi sejarah bersama tiga orang sejarawan dari Aceh dan Sumatera Utara, bapak Ramli A. Dally (Sejarawan Aceh), Drs. Teuku Dadek (Sejarawan Aceh), dan Drs. Gustanto, M.Hum. (Sejarawan dan Akademisi Sumatera Utara). Pada sesi diskusi kesejarahan ini terlihat keseriusan dan ketertarikan para peserta akan kebesaran sejarah masa lalu Aceh.

Seremoni pembukaan kegiatan Laseda 2018.
Suasana hikmad saat menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya pada seremoni pembukaan kegiatan Lawatan Sejarah Daerah (Laseda)2018.

Pada hari kedua seluruh peserta baru memulai lawatan ke beberapa situs yang telah ditentukan dan disiapkan oleh panitia Laseda 2018. Situs pertama yang dilawat adalah objek sejarah yang berada di Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar. Melawat makam Laksamana Keumalahayati yang baru saja ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2017 yang lalu. Selesai dari melawat di Krueng Raya seluruh peserta kemudia mengunjungi Museum Aceh untuk melihat benda-benda bersejarah peninggalan masa lalu Aceh, mulai dari perkakas-perkakas, peralatan perang, koin-koin kuno, Rumoh Aceh, sampai Lonceng Cakra Donya pemberian Laksamana Cheng Ho sebagai simbol ikatan persahabatan antara Kerajaan Tiongkok dengan Kerajaan Samudera Pasai. Oleh Iskandar Muda lonceng ini diletakkan pada kapal perang Cakra Donya (Cakra Dunia), yang merupakan kapal perang dengan ukuran paling besar pada masa itu, sampai-sampai Portugis menamainya denga Espanto del Mundo atau Teror Dunia.

Para peserta Laseda 2018 saat melawat ke makam Pahlawan Nasional Laksamana Keumalahayati.
Dipandu oleh kak Luki dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh (BPCB Aceh), para peserta melawat ke makam Pahlawan Nasional, Laksamana Keumalahayati, di Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Selesai berkunjung ke Museum Aceh, lawatan dilanjutkan ke Museum Tsunami dan PLTD Apung yang merupakan situs yang bercerita tentang kedahsyatan kejadian gempa dan smong (tsunami) yang menimpa Aceh pada tahun 2004 silam. Selanjutnya peserta melawat ke Mesjid Raya Baiturrahman untuk mendirikan shalat ashar berjamaah dan kemudian dilanjut dengan mendengar cerita sejarah yang melatari Mesjid Raya Baiturrahman Aceh oleh pihak pengelola mesjid. Cerita tentang awal berdirinya hingga kejadian bersejarah pada saat Perang Aceh yang merenggut nyawa Mayor Jenderal J.H.R. Kohler oleh para pejuang Aceh di depan sebelah kiri dari Mesjid Baiturrahman pada tanggal 14 April 1873, yang kemudian menyebabkan pemerintah Hindia Belanda mundur dan meninggalkan Aceh pada 29 April 1873.

Pada hari ketiga lawatan dilanjutkan ke Lam No, Kabupaten Aceh Jaya. Di sini para peserta berkunjung ke makam Poteumeureuhom Daya (Almarhum Sultan Daya) yang merupakan pendiri Kerajaan Daya pada tahun 1480. Beliau merupakan raja pertama dan wafat pada tahun 1508.

Selesai melawat seluruh objek bersejarah tersebut, para peserta membuat rangkuman perjalanan selama mengikuti lawatan dalam bentuk tulisan dan infografis. Kemudian panitia melalui penilaian tim juri mengumumkan kelompok dengan tulisan dan infografis terbaik.

Selain menentukan tim terbaik panitia juga telah menyeleksi enam orang yang akan mengikuti kegiatan Lasenas yang akan diselenggarakan di Kota Banda Aceh dan Kota Sabang. Mau tahu siapa saja? Tunggu kabar berikutnya.

🙂