Tanggal 24 November agaknya telah menjadi tanggal penting bagi masyarakat Gayo Lues sejak penetapan Saman sebagai Warisan Budaya Dunia tanggal 24 November 2011. Setiap tahun masyarakat menghelat pesta budaya yang menampilkan Saman sebagai subjek utama perayaan. Tahun 2018 ini perayaan tersebut digelar lebih istimewa dalam program platform Indonesiana.
Indonesiana merupakan platform pendukung kegiatan seni budaya di Indonesia yang bertujuan untuk membantu tata kelola kegiatan seni budaya yang berkelanjutan, berjejaring, dan berkembang. Program yang diinisiasi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ini dikerjakan dengan semangat gotong royong dan dengan melibatkan semua pihak yang memiliki kepedulian dan kepentingan atas pemajuan kebudayaan di Indonesia. Dalam hal ini, Saman adalah salah satu dari 9 (sembilan) festival seni budaya di Indonesia yang didukung melalui Platform Indonesiana.
Kerjasama Direktorat Jenderal Kebudayaan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues yang dikukuhkan dalam Memorandum of Understanding (MoU). Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya mendukung pada acara pembukaan yang dilaksanakan serangkai dengan Seminar Nasional Festival Budaya Saman 2018 bertajuk “Saman dalam Spektrum: Menuju Saman Center” pada tanggal 2-3 Oktober 2018.
Kemudian diisi pula dengan tradisi “Bejamu Saman Roa Lo Roa Ingi” sebagai jantungnya penyelenggaraan Indonesiana yang difasilitasi oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh (BPNB Aceh) pada tanggal 13 Oktober – 19 November 2018. Tradisi Bejamu Saman telah membudaya dalam masyarakat Gayo Lues sejak zaman dahulu yang biasanya dilaksanakan pasca masa panen selama dua hari dua malam. Lebih dari 330 penari Saman dari sebelas kecamatan di Kabupaten Gayo Lues yang diwakili oleh sebelas kampung yang telah ditetapkan. Setiap kampung terpilih bertanggung jawab mengadakan dan mengundang kampung yang dipilih sebagai kampung yang dijamu untuk ber-Saman. Dalam konsep lomba, kegiatan ini akan melahirkan enam grup Saman terbaik dan berhak atas sejumlah hadiah uang tunai jutaan rupiah. Setiap grup saling diadu kecakapannya, terutama penciptaan gerakan baru yang tidak dapat ditiru oleh grup lawan. Uniknya, keterlibatan masyarakat yang secara sukarela melayani grup Saman yang dijamu memainkan peran penting terhadap kesuksesan acara. Tradisi sarat nilai filosofis tercermin sebagai simbol perdamaian dan persaudaraan.
Serangkaian dengan itu, sejak 2 Oktober hingga 24 November 2018, Gayo Lues diwarnai berbagai aktivitas terkait Festival Budaya Saman antara lain: workshop Saman, kompetisi Bines, kompetisi Kerawang Gayo, kompetisi kopi, dan kompetisi musik etnik yang diisi oleh para tokoh atau ahli yang telah dipersiapkan dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Gayo Lues.
Puncak perayaan Festival Budaya Saman, diadakan Pergelaran Saman Bale Asam yang biasanya dilaksanakan dalam tradisi bertamu dalam masa kunjungan silaturahmi pada hari ketiga bulan Syawal atau Hari Raya Idul Fitri. Seluruh peserta yang berpartisipasi pada Bejamu Saman Roa Lo Roa Ingi diundang untuk duduk dan besaman bersama yang dipusatkan di Stadion Seribu Bukit, Bale Blangkejeren. Ini dirangkaikan dengan seremoni penutupan Festival Budaya Saman dalam Platform Indonesiana.
Kepala BPNB Aceh, Irini Dewi Wanti, S.S., M.SP., menyatakan bahwa BPNB Aceh telah mempersiapkan yang terbaik untuk kesuksesan kegiatan ini, suatu kebanggaan menjadi bagian dari Indonesiana karena kesuksesannya menjadi ukuran keberhasilan ‘semangat kerja bersama’ yang menjadi karakter masyarakat Indonesia.
Essi Hermaliza