Pangururan-Rabu (24/4) malam, Emak-emak Balai yang merupakan tim penari dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh (BPNB Aceh) telah mengguncang Pangururan, kota kecil di Pulau Samosir tempat digelarnya perhelatan Gebyar Budaya 2019. Perhelatan tahunan 11 unit Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) yang tersebar di seluruh Indonesia. Wadah berkumpul dan unjuk kebolehan para pejabat fungsional serta pegawai dari 11 unit BPNB yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
BPNB Aceh yang merupakan tuan rumah dari perhelatan besar ini tidak mau setengah-setengah untuk gelaran Gebyar Budaya kali ini. Kegiatan dirancang sempurna dengan penuh persiapan matang sejak tahun 2018. Puluhan rapat internal dan eksternal digelar, jalinan kerjasama pun dirajut demi kesempurnaan Gebyar Budaya 2019. BPNB Aceh juga mempersiapkan tim penari yang akan tampil pada Pagelaran Seni yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan pada Gebyar Budaya 2019. Tim penari yang terdiri dari para PNS dan Pegawai Non PNS (PNPNS) pada BPNB Aceh, para Emak-emak Balai.
Pada Pagelaran Seni Gebyar Budaya 2019 kali ini Emak-emak Balai membawakan dua tarian, yakni Tari Ratoh Jaroe dari Aceh dan Tari Zapin dari Melayu (Sumatera Utara). Ditengah-tengah kesibukan pekerjaan kantor serta kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga, para emak-emak ini berlatih dan mempersiapkan diri selama dua bulan demi sebuah persembahan terbaik. Suksesnya Gebyar Budaya 2019 akan terasa kurang jika tidak disokong dengan kesuksesan para emak-emak balai di panggung.
Kerja keras dan persiapan Emak-emak Balai selama dua bulan ini pun akhirnya berbalas. Emak-emak Balai pun telah mengguncang Pangururan pada penampilan perdananya di panggung Pagelaran Seni pada Rabu malam kemarin, mereka mengguncang para penonton yang antusias dengan mempersembahkan Tari Ratoh Jaroe. Ya, Tari Ratoh Jaroe yang pada tahun 2018 kemarin juga telah mengguncang Jakarta saat pembukaan perhelatan Asian Games 2018 pada tanggal 18 Agustus 2018. Sebuah tarian dengan gerakan atraktif penuh dengan semangat. Aura yang ditampilkan oleh Emak-emak Balai seolah-olah membakar dan menularkan semangat kepada para penonton yang memenuhi lapangan Museum dan Pusat Studi Batak, Komplek Gereja Katolik Inkulturatif Pangururan.
Sedikit penjelasan tentang Tari Ratoh Jaroe, Tari Ratoh Jaroe merupakan tarian tradisional dari Aceh yang ditampilkan oleh para penari perempuan dalam jumlah genap. Ratoh berasal dari Bahasa Arab yang artinya berzikir atau melantunkan puji-pujian kepada Allah melalui doa yang dinyanyikan. Sedangkan Jaroe berasal dari bahasa Aceh yang berarti tangan, sehingga Ratoh Jaroe memiliki arti memuji Allah sambil bernyanyi, dengan memainkan tangan. Tari Ratoh Jaroe lebih menonjolkan gerakan-gerakan tangan, dibandingkan dengan gerakan badan. Tarian ini terdiri dari gerakan dalam posisi duduk, berlutut, membungkukkan badan, menepuk dada, menggelengkan kepala, menggerakkan tangan ke kanan dan kiri, serta gerakan lainnya.
Selain mempersembahkan Tari Ratoh Jaroe, Emak-emak Balai juga akan mempersembahkan Tari Zapin, dansanya orang Melayu di Sumatera Utara. Tari Zapin ini merupakan tari terakhir Emak-emak Balai yang akan dipersembahkan pada malam nanti.
Tari Zapin yang merupakan khasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh Arab. Secara jelas, asal-usul tarian ini terkait erat hubungannya dengan penyebaran Islam di pesisir Nusantara. Istilah Zapin sendiri berasal dari bahasa Arab yakni “Zafn” yang berarti gerak kaki cepat senada rentak pukulan. Di dalam Zapin terkandung nilai-nilai, filsafat, etika, estetika atau semua hal yang terkait dengan seni Islam. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.
Artikel: Miftah Nasution
Foto: Angga