TRADISI DAN NILAI BUDAYA MEGALITIK

 DI LUHAK NAN TUO TANAH DATAR

Lutfi Yondri

Alam Takambang Jadi Guru

Minangkabau tidaklah sama dengan Sumatera Barat. Minangkabau bias bermakna kebudayaan sekaligus geografis memiliki bentang wilayah yang lebih luas. Sekarang sebagian besar wilayah Alam Minangkabau terletak di provinsi Sumatera Barat yang secara secara astronomis terletak anatara 1 ° LU – 3 ° LS dan 98 ° BT – 102 ° BT.  Sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatera Utara dan Riau, sebelah timur berbatasan dengan provinsi Riau dan Jambi, sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

 

Alam Minangkabau terdiri dari wilayah inti dan wilayah rantau. Wilayah inti terletak di pedalaman (darek) dan wilayah rantau terletak di pesisir (pasisia).  Wilayah inti terdiri dari tiga  luhak  yaitu  Luhak  Agam  terletak  di  lembah  dataran  tinggi  gunung  Singgalang  dan gunung Merapi, Luhak Lima Puluh Koto terletak di lembah dataran tinggi gunung Sago, dan Luhak Tanah Datar terletak diantara dataran tinggi gungung Merapi, gunung Tandikat, dan gunung Singgalang. Wilayah inti ini sering disebut dengan “Luhak nan tigo” (Navis, 105). Setiap luhak terdiri dari nagari-nagari yang memiliki aturan dan pemerintahan yang mandiri. Sementara daerah rantau   merupakan wilayah taklukan yang umumnya terletak di daerah pesisir. Diantaranya seperti daerah Kuantan (Inderagiri), Siak Seri Indrapura, Mandailing, Natal Air Bangis, Tiku   Pariaman, Ranah Sungai Pagu, Padang Pesisir Barat, Tapan Inderapura, dan Jambi Sembilan Lurah ( Sumatera Tengah 1955 : 927 ).

 

Tak ada petunjuk yang jelas mengenai   batas wilayah Alam Minangkabau.   Dalam Tambo disebutkan batas-batas wilayahnya, namun tidak secara tegas digambarkan. Batas-batas itu disebutkan secara kiasan  seperti “ Dari Sikalang aia Bangih sampai ke taratak aia itam, dari sipisokpisok pisau hanyuik sampai kesialang balantak basi, dari riak nan badabua sampai ka durian ditakuak rajo “ . (Terjemahannya ; Dari sikalang air bangis sampai ke teratak air hitam, dari Sipisok-pisok pisau hanyut sampai ke Sialang bersengat besi, dari riak yang berdebur sampai ke durian ditekuk raja). Buku Sumatera Tengah (1955)   menyebutkan batasnya sebagai berikut :

  • Sebelah selatan wilayahnya sampai ke “ Riak nan Badabua “ (diperkirakan negeri

Bandar Sepuluh, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kerinci Sekarang );

  • Sebelah timur wilayahnya sampai ke “ Durian Ditakuak Raja “  diperkirakan batas

Indera Giri dengan Sumatera Barat sekarang);

  • Sampai ke “Muara Takuang Mudiak” diperkirakan negeri Alahan Panjang sekarang

(dimaksud mungkin sebelah utara ?)

  • Sebelah Barat seedaran Gunung Pasaman sampai ke Kilang Air Bangis dan Sampai ke

Taratak Air Hitam .

 

Cukup sulit untuk menelusuri kapan awal nenek moyang orang Minangkabau itu datang ke Minangkabau, karena tinggalan arkeologi yang ada selama ini hanya ditemukan dari periode yang lebih muda yaitu berupa tinggalan dari masa bercocok tanam berupa beliung persegi dan tinggalan bercorak tradisi budaya megalitik. Dalam kisah (Tambo Alam Minangkabau) dijelaskan bahwa..

Baca Selengkapnya>>>Budaya Megalitik Tanah Datar