Teguh Hidayat (BPCB Sumbar)

Dalam bahasa Belanda, Kerkhof memiliki arti halaman gereja. Berasal dari dua suku kata, yakni kerk yang bermakna gereja dan hoff yang berarti halaman. Mungkin karena sudah menjadi tradisi bangsa eropa, khususnya Belanda, pada saat menguburkan jenazah biasanya ditempatkan tidak jauh dari bangunan gereja, sehingga lambat laun kata kerkhoff ini menjadi sebutan yang familier untuk kuburan atau pemakaman bangsa Belanda. Tidak heran jika di Indonesia tersebar makam-makam Belanda di seluruh nusantara, karena bangsa inilah yang paling lama mengeksploitasi kekayaan nusantara. Salah satu di antaranya ada di Sawahlunto.

Tempatnya tidak jauh dari pusat kota, berdekatan dengan Kantor Walikota. Tepatnya berada di Kelurahan Lubang Panjang, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, atau searah dengan MTSN I Sawahlunto. Akses jalan menuju ke lokasi sudah sangat baik, bisa dilalui dengan sepeda motor maupun kendaraan roda 4.

Belakangan ini kunjungan wisatawan menuju Kerkhoff Sawahlunto menunjukkan kenaikan yang signifikan, selain kota tambang itu sendiri. Hal ini tentunya tidak luput dari perhatian pemerintah pusat melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat. Dua tahun ke belakang BPCB Sumbar telah melakukan pemugaran di lokasi Kerkhof Sawahlunto. Pertama dilakukan pada tahun 2018 kemaren dengan melakukan pemugaran pada 12 bangunan makam di bagian muka dan pengedaman mengelilingi situs sebagai perkuatan tanah situs agar tidak terjadi kelongsoran.

Mengapa harus dipugar?

Alasan yang mendasar dari pertanyaan di atas adalah karena Kerkhoff Sawahlunto merupakan bagian dari perjalanan sejarah bangsa, khusnya Kota Sawahlunto yang sejak awal kota ini dibangun Belanda sebagai pemasok batu bara yang sangat penting untuk mendukung kolonialisme mereka. Namun kadangkala muncul lagi pertanyaan nakal dari kita, apa pentingnya..,toh mereka bangsa penjajah? Nah ini dia yang perlu dijelaskan. Bahwa kita tidak ingin menunjukkan kepedihan ataupun trauma dari bangsa kita sendiri akibat penjajahan yang dilakukan oleh Belanda melalui monumen memori yang diwujudkan melalui kuburan-kuburan mereka, tetapi kita berupaya sejernih mungkin untuk menampilkan sejarah Sawahlunto yang bisa diwariskan kepada generasi penerus kita bahwa beginilah perjalanan Sawahlunto menjadi kota tambang yang diandalkan sejak mulai dieksplorasi oleh Belanda hingga sekarang ini. Dan salah satunya adalah Kerkhoff, tempat orang-orang Belanda yang telah beristirahat panjang di bumi Sawahlunto.

 

Hadirnya cagar budaya ke tangan kita sudah melalui masa yang sangat panjang. Kondisi cagar budaya yang rapuh, tidak lengkap, dan sedikit jumlahnya membutuhkan penanganan hati-hati. Sebagai generasi yang menerima warisan itu, kita perlu menjaganya dengan baik. Bukan karena kita menyukainya, tetapi karena masih ada generasi berikut yang ingin berbagi kebanggaan dengan kita. Beri mereka peluang untuk menikmati apa yang kita rasakan sekarang.Secuil apapun bukti sejarah yang masih bisa kita saksikan hingga sekarang ini, itu bagian dari kita, dan anak cucu kita berhak untuk mengetahuinya. Jangan sampai mereka kehilangan jejak-jejak sejarah kotanya.

Terlebih lagi Kota Sawahlunto telah menyandang sebagai warisan budaya dunia, maka klop sudah bahwa keberadaan kerkhof ini sebagai penguat ataupun penunjang terhadap keberadaan kota tambang Sawahlunto secara keseluruhan. Kita tidak ingin saksi sejarah yang hanya beberapa gelintir yang tersisa saat ini akan mengalami degradasi berkepanjangan yang berakibat pada kepunahan yang lebih cepat. Dan ini menjadi tanggungjawab kita bersama, baik oleh pemerintah, pemerintah kota, masyarakat, maupun pihak-pihak terkait. Kita jangan abai jika ingin anak cucu kita masih ingin punya kesempatan menyaksikan tapak-tapak sejarah kotanya. Sekali lagi, bahwa pemugaran kerkhof belanda di Sawahlunto bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai yang melekat pada makam tersebut yang diarahkan  untuk memacu pengembangan ekonomi yang hasilnya digunakan untuk pemeliharaan makam belanda Sawahlunto dan kesejahteraan masyarakat.

Rencana ke depan

Balik kepada program BPCB Sumbar, bahwa untuk tahun 2019 ini pemugaran yang telah dimulai bulan September ini sasarannya adalah pada 48 bangunan makam dari keseluruhan bangunan makam yang berjumlah 94 bangunan makam. Dengan demikian jika digabung dengan pemugaran tahun 2018 maka dalam dua tahun terakhir ini BPCB Sumbar telah menyelesaikan pemugaran pada 60 bangunan makam beserta pengedaman dan pemagaran situs di bagian sisi barat. Masih tersisa 34 makam yang belum terprogram untuk pemugaran. Diharapkan Pemko Sawahlunto dapat meneruskan pemugaran di tahun mendatang.

Apa sebenarnya yang ingin diharapkan dari pemugaran ini?

Di bagian atas sudah disampaikan mengapa Kerkhoff Sawahlunto harus dipugar. Kita tahu bahwa kondisi Kerkhof Sawahlunto sebelum adanya penanganan pemugaran dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Bangunan-bangunan makamnya banyak yang pecah, miring, longsor, retak dan sebagainya. Begitupun lingkungan di sekitarnya yang sekilas seperti pada film-film horor mengesankan “keangkeran” karena tidak adanya perawatan yang semestinya. Alang-alang tumbuh dimana-mana, terutama di bagian belakang areal makam, sementara makamnya sendiri seperti itu, usang dan tanpa sentuhan apapun, sehingga dari sisi estetika tidak menarik sama sekali.

Kita ingin merubah kesan itu semua, bahwa walaupun itu bangunan makam tetapi bukanlah kompleks makam yang menyeramkan. Keindahan, keasrian dan kenyamanan harus tampil di seluruh areal makam belanda ini, dan tentunya tanpa harus mengesampingkan kaidah-kaidah pelestarian cagar budaya yang termakhtub dalam UndangUndang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, yakni harus memperhatikan keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya, teknologi pengerjaan dan dalam kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin. Nantinya, Kerkhoff Sawahlunto tidak lagi menjadi kompleks makam yang menyeramkan tetapi menjadi taman makam yang asri dan lestari, menjadi salah satu andalan tujuan wisata yang membanggakan. Ujung-ujungnya tidak hanya memakmurkan cagar budayanya itu sendiri juga masyarakat di sekitar situs mendapat impak positip dengan keberadaan Kerkhof ini.

Jika ini terwujud maka akan menjadi kebanggan masyarakat Sumatera Barat, khususnya Sawahlunto, bahwa kita mampu memberikan nilai tambah pada sebuah bangunan cagar budaya, yang tidak hanya seonggok bangunan mati tetapi punya “jiwa” yang hidup memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Kerkhoff Belanda jelas memiliki arti penting untuk masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bila masa lalu berkaitan dengan tradisi, adapun masa kini untuk memperkaya kehidupan, maka arti penting bagi masa depan  adalahmenjadi inspirasi mendatang. Kita tidak ingin Sawahlunto yang telah menjadi warisan dunia akan mengabaikan kaidah-kaidah konservasi sehingga tingkat pengendalian terhadap kawasan itu sendiri sangat lemah, sebagaimana terlihat pada terjadinya perubahan tata ruang, tata bangunan, dan pemanfaatan lahan. Perubahan-perubahan ini akibat meningkatnya tuntutan perkembangan ekonomi yang apabila  tidak teratur dan dikendalikan akan menghilangkan karakter/citra kawasan itu sendiri.

Nah.., kembali kepada bagaimana menciptakan Kerkhoff Belanda menjadi kompleks makam yang indah, asri, nyaman, dan bermanfaat, ternyata bukanlah pekerjaan mudah, masih banyak yang perlu dibenahi untuk menciptakan itu semua. Pertama, menyelesaikan konservasi di seluruh bangunan makamdengan metode konsolidasi,  restorasi, dan rehabilitasi. Apa yang dilakukan oleh BPCB Sumbar belum sepenuhnya dapat diselesaikan dalam dua tahun terakhir ini. Kedua, menata lingkungan dengan berbagai sentuhan seni pertamanan yang disesuaikan dengan lingkungan makam. Dengan adanya taman makam yang bagus, maka lingkungan di sekitarnya akan terasa lebih asri dan nyaman. Ketiga, mengadakan, membangun, menata dan mensiasati lahan bagi kebutuhan pengunjung, seperti ruang informasi, kantor pengelola, ruang istirahat, mushola, kedai, dan yang penting dan mendesak adalah areal perparkiran. Ini semua harus difikirkan bersama, khususnya oleh Pemerintah Kota Sawahlunto. Tentunya semua itu perlu anggaran yang tidak sedikit, dan kerjasama semua pihak.

Jika ini semua terwujud, maka Kerkhoff Belanda Sawahlunto menjelma menjadi kompleks makam dengan konsep taman pertama di Sumatera, menjadi kebanggaan Kota Sawahlunto yang mendukung keberadaan Sawahlunto sebagai kota tambang yang diakui dunia, dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Semoga…