Pariangan, Nagari Luhak Nan Tuo, Nagari Tuo di Minangkabau

Oleh: Gilang Aditya
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat
Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau

Pariangan, salah satu nagari di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat dengan sejuta cerita dan pesona baik dari segi alam maupun budaya yang melebur menjadi satu dengan begitu indah. Nagari merupakan wilayah administrasi yang hanya berlaku di Provinsi Sumatera Barat yang sekelas dengan Kelurahan jika di provinsi lainnya. Nagari Pariangan secara geografis terletak disebelah tenggara Gunung Marapi, gunung yang sangat mahsyur dan terkenal di Sumatera Barat. Nagari Pariangan terdiri dari empat jorong, yaitu Jorong Guguk, Jorong Pariangan, Jorong Sikaladi, dan Jorong Padang Panjang. Jorong hanya sebatas pembagian wilayah administrasi saja, karena masyarakatnya sudah membaur dan menjadi bagain utuh dari Nagari Pariangan.

Nagari Pariangan dianugerahi alam yang sangat lengkap, alamnya indah, tanahnya subur, sumber air berlimpah, hutan yang lebat dan memberi manfaat untuk masyarakat sekitar, dan udara yang sejuk seakan memenuhi semua kebutuhan masyarakat Nagari Pariangan. Tuhan seakan campur tangan membentuk Nagari ini dengan penuh keindahan. Selain sisi alam, sisi budaya dan masyarakat asli pariangan sangat patut dijadikan teladan, bagaimana masyarakat hidup rukun dan damai tanpa mengenal caci maki dan permusuhan. Masyarakat di Nagari Pariangan merupakan masyarakat asli minangkabau yang turun temurun mendiami Nagari Pariangan. Keberagaman ada dalam masyarakat, tetapi semua hidup secara berdampingan, terbukti dengan tarekat islam yang hidup rukun dan damai, yaitu tarekat Syattariyah, tarekat Naqsabandiyah, dan tarekat Qadiriyah. Ketiga tarekat tersebut berkembang di Surau-surau disekitar Masjid Ishlah, tetapi semua tarekat tersebut akan berkumpul dan melebur dalam satu masjid, yaitu masjid Ishlah tanpa terjadi saling menjonlkan. Hal menarik lainnya adalah, tradisi masyarakat yang setiap hari mandi di pemandian di dekat masjid Islah, mereka bersama-sama setiap pagi dan sore mandi di air hangat, itulah tradisi yang masih melekat dan merupakan khas Nagari Pariangan. Setelah mandi dipemandian air hangat secara bersama kemudian mereka kesawah untuk menanam padi dan bercocok tanam yang kemudian sorenya berkumpul kembali untuk mandi dan sholat magrib di masjid. Jadi masjid lah tempat mereka berkumpul dan berdiskusi.

Banyak juga peninggaan-peninggalan Cagar Budaya yang ada di Nagari Pariangan, seperti Prasasti Pariangan, batu Lantak Tigo, Masjid Kuno Ishlah, Makam Panjang Tanjejo Gurhano, serta surau-surau dan rumah gadang yang masih berdiri ditengah era moderenisasi. Selain Cagar Budaya banyak naskah kuno (tambo) yang berasal dari Pariangan.

Dalam keseharian, orang minangkabau suka “ngobrol” bahkan berdebat, tetapi satu hal yang jarang diperdebatkan, yaitu mereka semua mengakui asal usul orang Minangkabau berasal dari Gunung Marapi dan kemudian tinggal di Nagari Pariangan, sehingga disebut Nagari Luhak Nan Tuo. Pantaslah media dari Amerika Serikat yang bernama Travel Budget menganugerahan Nagari Pariangan sebagai salah satu desa terindah didunia tahun 2012. Semoga Nagari Pariangan tetap menjadi Nagari Pariangan dengan segala jati diri yang melekat tanpa harus ikut tergerus moderanisasi.