You are currently viewing Kerjasama dengan BPCB Sumatera Barat, Balai Arkeologi Sumatera Utara kembali lakukan ekskavasi di Situs Ngalau Tompok, Nagari Situmbuk, Kabupaten Tanah Datar

Kerjasama dengan BPCB Sumatera Barat, Balai Arkeologi Sumatera Utara kembali lakukan ekskavasi di Situs Ngalau Tompok, Nagari Situmbuk, Kabupaten Tanah Datar

Kerjasama dengan BPCB Sumatera Barat, Balai Arkeologi Sumatera Utara kembali lakukan ekskavasi di Situs Ngalau Tompok, Nagari Situmbuk, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tim Ekskavasi yang diketuai oleh Nenggih Susilowati kembali melanjutkan ekskavasi ini setelah melakukan ekskavasi dilokasi ini pada tahun lalu. Berdasarkan temuan yang diperoleh hingga 2 Agustus ini tim menemukan berupa serpihan tulang hewan, Pecahan Keramik, Cangkang Molusca, dan gerabah. Ekskavasi dilakukan di dalam  gua dan di bagian depan mulut gua. Prediksi sejauh ini menurut Nenggih bahwa ngalau ini memang merupakan tempat hunian sementara, bukan hunian tetap.

Ekskavasi ini telah berlangsung sejak 26 Juli 2018 dan akan berlangsung hingga 11 Agustus 2018. Dalam pelaksanaannya tim juga dibantu oleh beberapa orang mahasiswa jurusan arkeologi Universitas Jambi.

Ngalau Tompok merupakan salah satunya, berada di area perbukitan dengan bentang persawahan di sisi baratnya. Ngalau Tompok memiliki mulut selebar 2 m, menghadap ke selatan. Bagian yang mendekati mulut gua cukup terang. Sedangkan bagian permukaan tanahnya kering. Ngalau Tompok merupakan gua berstalaktit dan stalagmit. Bagian tengahnya terdapat menhir yang disambung dengan bentuk kubur dengan nisan berorientasi timur-barat (dipercaya sebagai makam Angku Shaliah).

Menelisik lebih jauh ke area ngalau, terlihat lukisan-lukisan yang diterakan pada dinding langit-langit gua berwarna putih. Dari hasil survei tim peneliti Balar Medan, lukisan yang tertera di dinding ngalau tersebut merupakan bentuk aksara/huruf yang dapat berbunyi. Analisa awal yang dilakukan, lukisan tersebut merupakan bagian dari “Aksara Batak Kuna”, ada yang berbunyi “ha”, “ma”, “da” dan sebagainya.

Namun, analisa ini setidaknya dapat memberikan informasi awal dari lukisan-lukisan warna putih yang selama ini masih membingungkan. Di sisi lain,  menurut hasil survei penulis (2016), lukisan yang terdapat pada dinging gua tersebut lebih mengarah pada Aksara lokal Minang yang selama ini masih memicu pergulatan ilmiah di antara (para) peneliti. Sebab, jika kita lihat dan pahami betul,  morfologi aksara dari Aceh hingga Lampung memiliki bentuk yang hampir sama. Maka tidak tertutup kemungkinan bahwa lukisan di dinding Ngalau Tompok memang bagian dari aksara Minang yang hilang dari sejarah Minangkabau.