Sultan Mahmud Riayat Syah III pada zaman beliau memegang tampuk pemerintahan, beliau membangun istana Robat/istana kota baru dan beliau juga membangun penjara/Gail. Yang dipertuan muda ke X yang dilantik tahun 1859 oleh Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah III. Daik Lingga pada waktu itu menjadi pusat perdagangan dan pengetahuan. Banyak pedagang yang datang seperti cina, bugis, keling, Siak, Pahang dll. Beliau menggalakan kerajinan rakyat Lingga untuk dipasarkan keluar kerajaan Lingga. Pada zaman mereka membuka jalan Jagoh ke Dabo membuat kapal-kapal, diantara nama kapal-kapal tersebut Kapal Sri Lanjut, Gempita, Betara Bayu, Lelarum dan Sri Daik, guna untuk memperlancar perekonomian rakyat.

Museum Linggam Cahaya

Sultan Mahmud akhirnya memutuskan untuk memindahkan pusat kerajaan ke Pulau Lingga. Perpindahan secara total itu terjadi pada pertengahan tahun 1787 M. Sultan Mahmud berangkat dalam satu rombongan tak kurang dari 200 perahu ke Lingga.
Sebagai daerah kepulauan selain mengandalkan ilmu astronomi, Lingga tidak juga ketinggalan menggunakan peralatan yang pada abad ke 18 sudah termasuk barang Modern salah satunya Kompas. Kompas sebagai penunjuk arah pelayaran dipergunakan oleh masyarakat bangsawan untuk bepergian antar pulau.

Salah satu bentuk kompas yang dapat dilihat hingga saat ini di Museum Linggam Cahaya. Kompas ini tepajang di lantai 2 museum Linggam Cahaya bersamaan den peralatan yang dipergunakan pada awal 18. Tipe Kompas ini Adalah kompas Analog yang masih menggunakan jarum penunjuk arah. kompas ini masih dapat dibuka karena antara bagian atas dan bagian bawah disambungkan.