Pada masa pendudukan Jepang (192-1945) daerah Sumatera Barat, khususnya Bukittinggi dan sekitarnya diaggap sebagai daerah yang sangat strategis. Kota Bukittinggi sendiri kemudian dijadikan sebagai markas besar Angkatan Darat ke-25 Kekaisaran Jepang yang menguasai Pulau Sumatera. Untuk mendukung pertahanan daerah yang dianggap strategis di sekitar Bukittinggi, maka dibangun berbagai jenis bangunan pertahanan dengan memanfaatkan tenaga kerja pribumi (Romusha). Berdasarkan bentuk bangunannya, tempat ini hanya dijadikan sebagai tempat perlindungan komando pertahanan di sekitar daerah taluak, dengan asumsi karena tidak terdapat “spy holl” atau lubang menembak.[1]

Bangunan ini terletak di tengah-tengah pemukiman dekat SDN No. 39 Taluk, ± 25 m dari jalan raya Bukittinggi – Jambu Air. Benteng Jepang yang ada sebanyak 3 buah. Dua diantaranya berbentuk sama dan satu lainnya berukuran lebih kecil dan relatif sederhana bentuknya.  Benteng I berada di belakang Kantor Desa Taluk, Benteng II berada di di samping Kantor Desa Taluk, dan Benteng III berada di halaman SDN No. 39 Taluk. Letak ketiga benteng ini membentuk daerah segi tiga dengan jarak sekitar 25 m.

Bangunan benteng ini bentuknya menyerupai tangki Pertamina, membentuk setengah lingkaran sampai ke bagian bawah dengan panjang 7 m yang dipadu dengan bangunan berbentuk empat persegi dan datar pada bagian atasnya yang berfungsi sebagai pintu masuk. Bangunan persegi empat yang menghadap ke arah timur berukuran tinggi 3,5  m.  Bangunan II berukuran tinggi 3  m  dan  panjang  keseluruhan  14 m dan lebar 7,5 m. Pintu masuk di sisi Timur berukuran lebar 1,2  m dan tinggi 2,15 m. Bentuk pintu masuk berupa lorong persegi dengan langit-langit semakin ke dalam semakin mengecil dan  berakhir pada sebuah bilik berukuran 2,1 x 1,2 m yang lantainya lebih rendah dibandingkan lantai lorong pintu masuk. Lantai bilik sekarang sudah ditutup dengan kayu sehingga tidak dapat diketahui ukuran dalamnya. Antara bilik dan lorong pintu masuk dihubungkan dengan anak tangga, terus ke bilik dan ke arah kiri terdapat sebuah pintu masuk ke arah ruang dalam (bagian bangunan berbentuk tangki). Ruangan dalam bangunan berbentuk tangki ini berjumlah dua buah yang antara keduanya dihubungkan dengan pintu.

[1] Buku Cagar Budaya Kabupaten Agam, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, halaman 21