Kamis 9 Juli 2020 telah terlaksana secara sukses seminar daring sesi 4 yang diadakan BPCB Sumbar. Sebagai instansi yang mewadahi pelestarian cagar budaya, BPCB Sumbar hampir tak pernah rehat melakukan kegiatan sosialisasi di luar kegiatan fisik dalam melestarikan cagar budaya di wilayah kerjanya.

Pada momen ini BPCB Sumbar menghadirkan narasumber yang pakar dalam mendedah Nilai Universal Luar Biasa OCMHS. Salah pengisi materi yang dimaksud ialah Bapak Dr. Jonny Wongso,ST,MT., yang berprofesi sebagai Pengajar di Universitas Bung Hatta. Di awal paparannya, Dr. Jonny Wongso mengemukakan alasannya untuk mendedah nilai universal OCMHS karena objek tersebut dianggapnya memiliki nilai keagungan yang universal. Ia menilai sebagai warisan tambang, Sawahlunto merupakan objek yang memenuhi persyaratan dan mengandung integritas yang otentik serta mempunyai pelindungan dan manajemen yang baik sehingga layak untuk dibedah seluruh aspek yang meliputinya.

Sebagai pemantik, Bapak Dr. Jonny Wongso,ST,MT., menjelaskan bahwa hadirnya Ombilin Coal Mining Heritage Sawahlunto berkat perkembangan drastis dari transformasi teknologi yang di bawa barat ke daerah koloni sekitar abad ke 19 dan 20.  Bisa dikatakan bahwa Akhir  ke-19 merupakan titik balik penggunaan tenaga manusia yang digantikan oleh mesin-mesin. Di waktu itu telah terjadi perubahan teknologi, sosial-ekonomi dan budaya yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk serta pendapatan rata-rata di tiap negara yang pada akhirnya menyentuh Bumi Sawahlunto. Lebih tepatnya revolusi industri di Inggris  berdampak lahirnya Sawahlunto sebagai salah satu warisan dunia.

Di ruang acara ini, Dr. Jonny Wongso,ST,MT menyajikan beberapa data visual yang terkait dengan warisan yang ada di Sawahlunto. Ada beberapa ilustrasi terkait kegiatan tambang dan keadaan alam Sawahlunto yang memiliki ruahan lidah arang. Kekayaan  batubara Sawahlunto berkat letak geografisnya di Timur Laut Padang atau tepatnya berada pada dataran tinggi di bagian tengah Bukit Barisan, pegunungan yang membujur sepanjang Pulau Sumatra.

Berkat limpahan batubara di Sawahlunto, maka hadirlah fenomena kereta api sebagai alat pengangkut batubara. Dalam penjelasannya Dr. Jonny Wongso,ST,MT  juga mengulas rute kereta api. Infrastruktur ini berperan dalam memperlancar distribusi batubara dari Sawahlunto ke pelabuhan Emhaven (kini Teluk Bayur). Adapun jalur kereta api yang dibangun melintasi  Pulau Aie (Muaro Padang) – Padang Panjang, diteruskan ke jalur Padang Panjang – Bukittinggi (selesai 1891), Padang Panjang- Solok (selesai 1892), kemudian jalur Solok – Muaro Kalaban dan Padang – Teluk Bayur yang juga selesai pada tahun 1892. Dr. Jonny Wongso,ST,MT menyinggung bahwa keberadaan Pelabuhan Emhaven merupakan tempat penyimpanan batubara dari Sawahlunto sebelum akhirnya didistribusikan melalui jalur perairan. Batubara yang dihasilkan Sawahlunto merupakan salah satu produk primadona di masa kolonial. Di samping itu, Dr. Jonny Wongso juga menyajikan data visual seperti  museum, situasi dan sekilas tokoh di zamannya, serta ada beberapa gambar kontemporer.

Pada webinar 4 BPCB Sumbar ini, Dr. Jonny Wongso, ST,MT menekankan nilai universal OCMHS meliputi nilai keutuhan (karena latar, tempat dan fungsinya tidak berubah persis waktu dibangun sejak awal abad ke-19), nilai keaslian (aspek di wilayah ini masih ori karena bentuk, desain, lokasi, latar, sistem pengelolaan, guna dan fungsinya sesuai dengan perencanaan dan konstruksi awal Perusahaan Tambang Ombilin), dan nilai pelindungan & pengelolaan (situs ini dilindungi oleh dua badan hukum, pertama UU. No 11 Tahun  2010 Tentang Cagar Budaya untuk pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya secara Nasional/ Prov/ Kab/Kota dan UU. No 26 Tentang Penataan Ruang untuk pengendalian rencana tata ruang wilayah di tingkat Nasional/ Prov/ Kab/Kota).

Berdasarkan nilai nilai yang disampaikan tersebut, maka pada akhirnya Sawahlunto ditetapkan sebagai warisan dunia dari UNESCO yang harus dipertahan dan dipertanggungjawabkan. Dr. Jonny Wongso menyebutkan penghargaan itu sebagai komitmen untuk menjaga warisan alam dan budaya guna pendidikan dan kesejahteraan generasi penerus. Bersandar pada nilai-nilai yang tadi diungkapkan oleh Dr. Jonny Wongso,ST,MT, maka dipilihnya beberapa Isu Strategis terkait Pelestarian OCMHS seperti  pembentukan  badan pengelola OCMHS, penyusun rencana Pelestarian OCMHS, penetapan pendekatan HUL dan HIA sebagai bagian integral dari sistem perencanaan pembangunan wilayah yang terintegrasi, serta pengembangan sistem Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism) berwawasan budaya dan Pendidikan. Sebelum menutup pemaparannya, Dr. Jonny Wongso,ST,MT merumuskan rencana pengelolaan Sawahlunto sebagai kota pusaka yang meliputi pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan ekosistem, perkuatan infrastruktur, pelestarian keaslian budaya, pemenuhan kelayakan ekonomi dan proteksi sosial/budaya/fisik. Pada akhirnya disimpulkan bahwa penjelasan Dr. Jonny Wongso,ST,MT,  dirasakan sangat bermanfaat bagi peserta untuk memperoleh banyak wawasan seputar Sawahlunto sebagai warisan yang mendunia. (Penulis Merlina Agustina Orlanda)