Kerajaan Jambulipo pada awalnya berpusat di atas puncak bukit Jambulipo, sekitar 3 km dari jalan raya Lubuk Tarok. Raja yang pertama memegang tampuk pemerintahan adalah Dungku Dangka, dan kemudian Kerajaan Jambulipo telah dipimpin oleh 14 raja. Raja yang terakhir adalah Firman bergelar Bagindo Tan Ameh XIV. Keberadaan kerajaan Jambulipo di puncak Bukit Jambulipo hanya sampai pada masa pemerintahan raja ke-IV, yaitu Rajo Alam yang bergelar Bagindo Tan Ameh.
Setelah mengadakan perkembangan wilayah ke berbagai daerah seperti: Nagari Paulasan, Taratak Baru, Sinyamu, dan sebagainya, pihak Kerajaan Jambulipo menerima perundingan damai dari pihak Sutan Nan Paik di Puncak Koto. Perundingan itu kemudian berlanjut untuk membuat sebuah nagari yang sekarang dikenal dengan Nagari Lubuk Tarok.
Sejak berdirinya Nagari Lubuk Tarok, Kerajaan Jambulipo tidak lagi berada di puncak bukit Jambulipo, tetapi kemudian berpusat di Rumah Gadang Bawah Pawuah atau disebut dengan Kelambu Suto. Susunan pemerintahan di Kerajaan Jambulipo sampai sekarang masih terpelihara dengan baik sebagaimana dahulunya dengan pucuk pimpinan Rajo Tigo Selo, yaitu: Rajo Alam dengan gelar Bagindo Tan Ameh, Rajo Ibadat dengan gelar Bagindo Maharajo Indo, Rajo Adat dengan gelar Bagindo Tan Putih.
Selain Rajo nan Tigo Selo terdapat beberapa pejabat inti kerajaan yang terdiri dari Sandi Kerajaan, Sandi Amanah, dan Sandi Padek serta beberapa hulubalang yang disebut Ampang Limo Rajo. Para pejabat di atas juga mempunyai bawahan masing-masing, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Berikut keempatbelas Rajo Alam bergelar Bagindo Tan Ameh yang pernah memimpin kerajaan Jambulipo berturut-turut:
- Dungku Bangka
- Sutan Andamik
- Sutan Badu
- Buayo Kumbang
- Sutan Ledok (Nan Badarah Putiah)
- Nan Barambai (Nan Basusu Duo Sabalah)
- Sutau Kuat Nan Panjang Lutuik
- Tuangku Jambi
- Sutan Pondok
- Rajo Hitam (Nan Babirunguik)
- Sutan Ali Umar
- Sutan Garak Alam
- Rajo Onde (Sutan Kao)
- Firman
Di dalam bangunan cungkup terdapat empat makam yang merupakan raja kerajaan Jambulipo ke X-XIII. Makam pertama sampai keempat (dari paling Barat hingga paling Timur) berturut-turut merupakan makam: St. Bagindo Tan Ameh X, St. Bagindo Tan Ameh XI, St. Bagindo Tan Ameh XII dan St. Bagindo Tan Ameh XIII. Masing-masing makam berjirat batu dengan ukuran berkisar 2,50 m x 0,60 m. Setiap makam memiliki dua nisan yang berbentuk bulat pada sisi Utara dan cenderung pipih pada sisi Selatan.