Kampung Bandar Senapelan sebagai salah satu saksi sejarah di kota Pekanbaru. Situs terminal yang tersisa hanya dinding beratap dari batu. Situs ini terletak dibawah Jembatan Siak III berwarna kuning dengan panjang total 520 meter dan panjang bentang 170 meter.
Jembatan ini merupakan satu-satunya (dan mungkin sebagai jembatan yang pertama melintasi Sungai Siak) sarana penyeberangan di era 1950 hingga 1970-an yang meghubungkan wilayah Senapelan dan Rumbai melalui Sungai Siak. Jembatan ini dilengkapi dengan fasilitas sebuah terminal oplet (mobil angkutan darat) dan halte terminal dimana halte ini digunakan sebagai tempat persinggahan bagi para penyeberang.Sejak peresmian pemakaian Jembatan Leighton yang kemudian disebut Jembatan Siak l Pekanbaru diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 April 1977, maka terminal transit bagi para pengguna angkutan kota Pekanbaru tempo doeloe ini sudah tidak berfungsi lagi. Akhir tahun 2013, Pemprov Riau membina bekas terminal lama itu menjadi sebuah taman di tepian Sungai Siak tanpa mengusik keberadaan bekas tempat duduk penumpang Terminal Boom Baru tersebut. Kawasan Tapak Terminal Lama Boom Baru tersebut saat ini menjadi area taman di bawah Jembatan Siak 3 Pekanbaru. Sedangkan halte terminal masih ada dan terus dirawat. Tahun 2017 ini halte di cat menjadi warna Biru dikarenakan disekitar Halte dibangun taman.
(Foto lama Halte Terminal Lama)
Rumah Tuan Kadhi Kerajaan Siak H. Zakaria. Keberadaan Rumah Tuan Kadhi Kerajaan Siak H. Zakaria tidak terlepas dari sejarah panjang perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Dalam perkembangannya wilayah Senapelan (Pekanbaru) pernah menjadi Ibukota Kerajaan Siak Sri Indrapura. Hal ini terjadi pada masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sekitar tahun 1775. Dengan berbagai pertimbangan seperti ekonomi dan politik yang berkembang di wilayah Riau pada saat itu beliau memindahkan pusat Kerajaan Siak dari Mempura ke Senapelan.
Berdasarkan keterangan dari berbagai narasumber (Tengku M. Thoha, H. Syahril Rais, Anas Aismana), rumah ini merupakan rumah singgah bagi Sultan Siak Sri Indrapura apabila beliau berkunjung ke Senapelan (Pekanbaru).
Bangunan ini terdapat sekitar 20 m dari pinggir Sungai Siak(tepatnya di bawah Jembatan Siak 3 sekarang). Secara umum bangunan berbahan jenis kayu, kecuali bagian tangga (pada sisi timur bangunan) yang terbuat dari bata berspesi. Bangunan ini merupakan rumah adat tradisional melayu yang masih tersisas di Kota Pekanbaru. Bangunan berupa rumah panggung yang berdasarkan keterangan H. Syahril Rais dibangun pada tahun 1895, sedangkan bagian tangga berdasarkan inskripsi yang terdapat pada tiang dibangun pada 23 Juli 1928.
kawasan ini juga terdapat situs Rumah Singgah terletak di tepi sungai Siak, tepatnya di bawah Jembatan Siak III. Didirikan pada tahun 1895 oleh H. Nurdin Putih, mertuanya Tuan Qadhi. Tempat ini memiliki atap berwarna biru dan terdapat semacam halaman di sebelahnya. Pada tangga pintu masuk Rumah Singgah, terlihat ukiran tulisan 23 Juli 1928. Tanggal tersebut menandakan waktu pemugaran rumah H. Nurdin Putih.