You are currently viewing Semiotika pada Nisan Bermotif Keris di Minangkabau

Semiotika pada Nisan Bermotif Keris di Minangkabau

Semiotika pada Nisan Bermotif Keris di Minangkabau

Harry Iskandar Wijaya (BPCB Sumatera Barat)

Keris Minangkabau memiliki arti penting di dalam masyarakatnya. Keris memiliki simbol yang menggambarkan seorang pemimpin atau kesaktian seseorang. Dalam adat Minangkabau bentuk tersebut dituangkan kedalam motif pada batu tagak atau nisan berbentuk slindris yang pada ujung atasnya dipadukan dengan bentuk ikat kepala (destar/deta ) seorang datuk, sehingga nisan menyerupai bentuk seorang penghulu Minangkabau.

Motif keris yang dimaksud adalah sebagai tanda sebuah gambaran yang menunjukkan bentuk keris secara fisik yang mepmerlihatkan satu-satunya benda berupa keris yaitu senjata keris. Senjata keris merupakan benda kebesaran yang digunakan oleh kelompok pemimpin atau yang menguasai suatu kelompok masyarakat di Minangkabau.

Manusia yang ditinggalkan setelah meninggal akan membuatkan sebuah penanda kubur sesuai dalam ajaran Islam. Pada situs-situs makam yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar, secara keseluruhan hiasan motif keris banyak dijumpai, menunjukkan adanya bentuk penggambaran terhadap orang yang dimakamkan di Minangkabau karena memiliki peran dalam memimpin daerah atau nagarinya.

Peristiwa kematian diberi penanda dari bentuk dan hiasan yang terdapat pada nisan seorang penghulu atau datuk. Hal ini agar dapat dikenang keberadaannya sebagai tokoh adat, maka nisannya akan dihias dengan gambar keris dan ikatan destar dibagian puncak nisan. Kedua hiasan tersebut merupakan lambang kebesaran seorang penghulu di Minangkabau. Keris memperlihatkan tanda status sosial dan lambang kepemimpinan. Sebagai tanda status sosial daIam arti simbol seorang pemimpin seperti raja, penghulu, manti (utusan/diplomat), alim/malin, dubalang (hulubalang) sesuai dengan ketentuan adat (lukih/limbago-nya). Sebagai lambang kebenaran, ajaran falsafah yang terkandung di dalamnya merupakan pedoman bagi pemimpin itu dalam menjalankan kepemimpinannya. Dengan pengertian ini pemimpin adalah seorang manusia yang menjunjung tinggi kebenaran tanpa memihak kepada salah satu kepentingan. Keris benda simbol perjanjian, perjanjian yang dimaksud menyangkut urusan adat, yang terpenting seperti perjanjian perdamaian dan pertunangan. Keris sebagai benda pengobatan, pagar rumah, dan penolak bala. Hal ini berlaku secara khusus bagi kalangan terbatas/sebagian kecil masyarakat. Keris sebagai media penyampaian pesan/makna, yaitu melalui tanda/bahasa rupa.

Pada situs cagar budaya makam Indomo di Saruaso bentuk nisan serupa juga dijumpai di beberapa makam lainnya. Justru yang membedakan makam seorang raja yaitu Rajo Indomo dengan nisan makam lainnya adalah dari ukuran nisan dan dibuatkannya dinding persegi panjang yang terbuat dari beton. Hal ini menjelaskan adanya pengaruh kesinambungan penggunaan bentuk nisan, yang pada waktu tersentu nisan tersebut barulah diberi pembeda  status dengan nisan lainnya sehingga mudah diketahui oleh orang yang akan mengunjungi makam. Motif keris pada nisan Indomo menunjukkan bahwa memang terlihat adanya perbedaan dalam strata sosial, nisan Tuan Indomo memiliki motif keris berjumlah dua buah dan dibuat dengan teknik menggores. Hal ini meyakinkan bahwa Tuan Indomo selaku pemegang kekuasaan tertinggi atau pemimpin di dalam kelompok masyarakat.

Sebagaimana kita ketahui nisan bertipe phallus atau slindris menunjukkan bahwa yang dimakamkan adalah seorang pria, biasanya pada bagian kepala nisan tersebut disertai dengan bentuk melingkar menyerupai ikat kepala. Hal ini masih dijumpai dalam tradisi di Minangkabau, yang saat ini masih dapat dijumpai dalam tradisi pembuatan nisan di Nagari Saruaso, Kabupaten Tanah Datar.

Dari keseluruhan motif keris yang ditemukan terdapat beberapa macam perbedaan motif keris, yang kemungkinan memperlihatkan jenis keris yang berbeda pula. Hal ini kembali dapat menjadi alasan untuk menjelaskan bahwa ternyata dari kepemimpinan seseorang di Minangkabau dapat dibagi lagi menjadi beberapa bentuk kepemimpinannya. Namun, dibutuhkan pengkajian yang lebih dalam untuk mengungkapkan peran sosial seseorang tersebut dengan perbandingan bentuk motif kerisnya. Pada Situs makam Basa Ampek Balai yang terdiri dari Situs Makam Tuan Titah di Nagari Sungai Tarab, Makam Makhudum di Nagari Sumanik, Makam Indomo di Nagari Saruaso dan Makam Tuan Kadhi di Padang Ganting memperlihatkan tipikal yang berbeda-beda pula dari morfologi nisannya. Basa Ampek Balai walau berperan dalam strata yang sama, memiliki tugas yang berbeda-beda dalam menjalankan tugasnya yang di visualisasikan ke dalam bentuk nisannya. Tak menutup kemungkinan bahwa adanya perbedaan pula dalam bentuk kepemimpinan yang dapat dilihat dari bentuk motif keris tersebut.

Selain di Situs Indomo nisan semacam ini juga dijumpai di situs lain di Tanah Datar seperti Tuan Titah dan Ustano Rajo Alam masih ditemui bentuk nisan dan hiasan seperti yang disebutkan di atas. Maka dapat disimpulkan bahwa motif keris diperuntukan pada nisan di sebuah makam adalah untuk menunjukkan sikap di masyarakat atau lebih diperuntukan untuk orang yang ditinggalkan.