Salah satu instrumen musik yang digunakan di Masyarakat Adat Kasepuhan di Lebak adalah Angklung. Meskipun terbuat dari bahan bambu seperti angklung di tatar sunda lainnya, Angklung di Kasepuhan memiliki ukuran dan irama yang berbeda.
Di Kasepuhan Cisungsang (salah satu Komunitas Adat di Banten) Angklung dikenal dengan sebutan Angklung Buhun. Alat musik ayun ini terbuat dari bambu dengan diameter sekitar 4-5 cm yang disusun 3 batang kesamping dengan tinggi 50 – 130 cm dan lebar 20 – 70 cm dan 2 buah bedug bambu.
Dilihat dari fungsinya, ada 2 jenis penggunaanya, yaituAngklung Buhun yang dimainkan hanya utk ritual upacara adat dan Angklung Buhun untuk dimainkan sebagai seni pertunjukan lokal.
Sebagai salah satu kearifan lokal dalam bidang seni, Angklung buhun mempunyai makna filosofis tinggi, diantaranya jumlah angklung dan bedug adalah 6, hal ini merujuk kepada jumlah rukun Iman pada Agama Islam. Hampir dalam setiap ritual upacara adat di Kasepuhan Cisungsang, Angklung Buhun selalu menjadi salah satu syarat mutlak sebagai instrumen pengiring ritual, diantaranya pada Ritual Opatbelasna, Tebar, Ngamitkeun, Ngunjal, Rasul Pare di Leuit, Ngareremokeun, dan Seren taun.
Sebagai salah satu seni pertunjukan lokal, Angklung Buhun dapat dimainkan oleh 10 – 12 pemain dalam satu group, dan dapat ditambah sesuai jumlah alat yang tersedia. Seperangkat instrumen Angklung Buhun ini terdiri dari 4 buah angklung dan 2 buah bedug, yaitu :
- Gong gong
- Panembal
- Kingking
- Inclok
- 2 buah bedug (dog dog)