Dari dokumentasi pemerintah Hindia Belanda pada 1890/1891, Benteng Nassau saat itu masih utuh. Masih banyak bangunan berdiri di tengah benteng. Paritnya pun masih digenangi air yang mengalir. Namun, gambaran keelokan itu sudah hampir dua abad yang lalu. Kondisi Benteng Nassau sekarang hanya tinggal separuh. Dua bastion dan tembok sisi utaranya telah rubuh. Bangunan-bangunan di dalamnya sudah hancur. Menyisakan tanah lapang berumput. Parit kelilingnya sudah kering. Bahkan, tumbuh pohon-pohon besar di parit itu. Lumut dan rumput tumbuh subur di tembok-tembok benteng ini. Benteng ini sekarat.
Foto Benteng Nassau Tahun 1890
Sumber: Arsip Belanda
Banyak peristiwa penting dari sejarah rakyat Banda terjadi di benteng yang mulai dibangun pada 1609 ini. Benteng ini pernah menjadi simbol keserakahan VOC. Namun benteng ini juga menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Banda dalam melawan keserakahan itu. Sejarah paling kelam terjadi pada 1621. Tahun itu, benteng ini menjadi tempat eksekusi bagi 40 “orang kaya” Banda yang tidak rela tanah airnya dicaplok oleh VOC secara sewenang-wenang.
Demi menyelamatkan kenangan penting masa lalu rakyat Banda tersebut, Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate telah banyak melakukan tindakan pelestarian terhadap “Benteng Air” itu. Selain Kajian Zonasi yang telah dilakukan pada 2014 lalu, pada 2015 ini BPCB Ternate juga melaksanakan konservasi terhadap bangunan Benteng Nassau.
Karena iklim di Indonesia—termasuk di Pulau Neira, cenderung lembab, maka tumbuhan lumut dan rumput liar bisa tumbuh dengan subur di mana saja. Tidak terkecuali di tembok-tembok Benteng Nassau. Jika dibiarkan, akar dari tumbuh-tumbuhan tersebut dapat merusak tembok dan struktur benteng yang sudah uzur. Oleh karena itu, sasaran konservasi ini untuk memusnahkan dan mencegah pertumbuhan lumut, rumput, dan tumbuhan lain yang tumbuh di tembok maupun di lahan benteng Belanda itu.
Tahap pertama konservasi dilakukan dengan cara kimiawi yaitu, menyemprotkan herbisida anorganik dengan kadar 10% pada lumut dan rumput liar yang tumbuh pada tembok-tembok Benteng Nassau. Juga menginjeksikan herbisida tersebut dengan kadar 20% pada pohon-pohon besar yang tumbuh di parit benteng. Pada keesokan harinya, lumut dan rumput ini telah berubah warna menjadi cokelat dan kering. Menandakan bahwa tumbuh-tumbuhan itu telah mati. Sedangkan untuk pohon-pohon besar dibutuhkan waktu yang cukup lama hingga mati. Bisa saja membunuh pohon-pohon itu seketika dengan kadar herbisida yang lebih tinggi. Namun, penggunaan herbisida anorganik dengan kadar mendekati 50% dapat merusak lingkungan bahkan, membahayakan kesehatan manusia.
Proses Penyemprotan Herbisida pada Dinding Benteng (kiri). Proses Pembersihan dinding benteng dari lumut (kanan).
Berlanjut pada tahap kedua, membersihkan lumut dan rumput yang telah mati oleh herbisida. Pembersihan ini dilakukan secara mekanis dengan menyikat lumut dari tembok dengan menggunakan sikat ijuk, dan memotong rumput mati dengan mesin potong. Hal ini cukup sederhana namun memakan waktu yang tidak sebentar. Hasilnya sangat memuaskan. Setelah dibersihkan, terlihat warna asli dari tembok Benteng Nassau yang selama ini tertutup lumut bertahun-tahun. Tapi itu belum cukup.
Pada tahap konservasi yang terakhir, dilakukan penyemprotkan hebisida anorganik untuk kedua kalinya. Herbisida ini disemprotkan pada tembok dan struktur Benteng Nassau yang telah dibersihkan dari lumut dan rumput. Herbisida anorganik ini akan meresap di tembok dan batu benteng. Sehingga lumut dan rumput tidak dapat tumbuh kembali untuk waktu yang cukup lama.
Konservasi ini berhasil memberikan pertolongan pertama pada Benteng Nassau. Namun, tantangan untuk melestarikan benteng tersebut tidak berakhir sampai disitu. Masih banyak faktor yang dapat mengikis keberadaan benteng tersebut. Oleh sebab itu, kepedulian masyarakat untuk ikut serta dalam melestarikan sangatlah dibutuhkan. Karena dengan peduli, akan memicu rasa ingin tahu, kemudian mengerti dan memahami, dan akhirnya ikut serta melestarikan nilai penting keberadaan Benteng Nassau, sekaligus Cagar Budaya lainnya.
Kondisi Gerbang Utama bagian dalam Benteng Nassau sebelum di Konservasi (kiri). Kondisi Gerbang Utama bagian dalam Benteng Nassau setelah di Konservasi (kanan).