You are currently viewing Zonasi Benteng Tahula
Benteng Tahula

Zonasi Benteng Tahula

Zonasi-Benteng-Tahula-Tidore-2

Baru-baru ini BPCB Ternate melaksanakan Kajian Zonasi Benteng Tahula di Kota Tidore Kepulauan. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 27 Juni s/d 2 Juli 2015. Kajian zonasi ini dilakukan untuk menentukan batas-batas zona pelindungan di area lahan Benteng Tahula yang tahun lalu selesai dipugar. Kajian zonasi benteng peninggalan koloni Spanyol ini dilaksanakan oleh tim yang beranggotakan 8 orang yang dipimpin oleh Kepala BPCB Ternate sendiri, Bapak Laode Muhammad Aksa.

Menurut sumber sejarah yang dapat ditemukan, Gubernur Spanyol Cristobal de Azcqueta Menchacha (1610-1612) memerintahkan untuk membangun sebuah benteng di Tidore yang diberi nama Santiago de los Caballeros de Tidore, pada awal tahun Ia menjabat. Pembangunan benteng ini baru selesai pada tahun 1615 saat Gubernur Spanyol Don Jeronimo de Silva (1612-1617) menjabat dan mengubah nama benteng ini menjadi Sanctiago Caualleros de los de la de ysla Tidore, yang sekarang lebih dikenal dengan nama Benteng Tahula. Benteng ini menjadi basis militer Spanyol hingga tahun 1662. Garnisunnya terdiri dari 50 orang tentara yang dikomandani seorang kapten lengkap dengan artilerinya. Benteng ini dibangun di atas sebuah bukit batu di pesisir barat Pulau Tidore—lokasi yang tepat untuk mengawasi perairan antara Pulau Tidore dan Ternate.

Zonasi-Benteng-Tahula-Tidore-1Tim BPCB Ternate sedang melakukan pengukuran area lahan Benteng Tahula

Bapak Laode menjelaskan, dalam kajian zonasi Benteng Tahula ini baru 2 fungsi zona pelindungan saja yang dikaji yakni, zona inti, dan zona peyangga. Zona inti merupakan area lahan yang ditempati oleh bangunan benteng. Sedangkan zona peyangga merupakan zona yang berfungsi untuk menjadi pelindung (bumper zone) dari zona inti tersebut. Zonasi ini berfungsi untuk melindungi Benteng Tahula dari ancaman dinamika perkembangan guna lahan yang mungkin saja tidak sesuai dikemudian hari.

“Hasil kajian zonasi ini juga nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan pengembangan kawasan cagar budaya di Tidore, dan dapat diselaraskan kedalam peta rencana tata ruang wilayah Kota Tidore Kepulauan,” paparnya lagi.