Eks. Gereja Tua di Wonreli ini mulai dibangun pada tahun 1777 yang berlangsung selama 1 tahun dan selesai pada tahun 1778. Pembangunan gereja ini digagas oleh Raja ke V yang bernama Haimere Philipus Bakker dan diresmikan oleh Pendeta Thomas Soplanit yang saat itu bertugas di Pulau Kisar ( BPNB Maluku, 2009). Bangunan ini kemudian di gunakan sebagai tempau ibadah bagi umat Nasrani yang berada di Kota Wonreli dan sekitarnya. Namun, pada tahun 1813 terjadi kebakaran yang juga membakar bangunan gereja. Kemudian oleh Raja Kisar ke VIII yakni Zacharias Philipus Bakker pada tahun 1881 mengusahakan pembangunan kembali gereja yang telah terbakar, namun rencana tersebut belum terselesaikan karena pada tahun 1887 terjadi peperangan antara Roolekloro dengan Oirata (BPNB, 2009). Penundaan pembangunan kembali terjadi pada tahun 1925 karena Kota Wonreli kembali dilanda kebakaran, serta perselisihan antara Raja Kisar ke X yakni Raja Haimere Agus Octovianus dengan seorang pendeta dari Belanda yang bernama Akerman. Kemudian atas perintah Raja Kisar ke XI yaitu Raja Haimere Philipus Zacharias Bakker untuk memindahkan lokasi bangunan gereja di atas bukit Leluway, akan tetapi terlalu berdekatan dengan gerja di Lekloor. Sehingga dipindahkan lagi di sebelah timur di dekat persinggahan pemerintah Kisar (BPNB Maluku, 2009). Bangunan gereja ini sampai sekarang masih bisa ditemukan walaupun sudah tidak utuh lagi dan telah ditinggalkan oleh para umatnya.
Bangunan bekas gereja ini terletak di Desa Wonreli, Kecamatan Pulau-Pulau Terluar dengan koordinat UTM 52L X 297426 Y 9107011. Bangunan gereja ini secara umum sudah hancur dan tidak digunakan lagi. Berbentuk persegi panjang yang terdiri dari dua ruangan yakni ruang utama dan ruang pastur, bangunan ini menggunakan bahan dari batu karang yang disusun dan direkatkan dengan kalero (bahasa lokal) yaitu batu karang yang dibakar kemudian dihancurkan untuk dijadikan bahan pengganti semen. Pintu utama bangunan ini menghadap arah selatan dengan bentuk persegi panjang seperti pintu-pintu biasa. Pada bagian depan terdapat dua jendela yang mengapit pintu dan di sisi kanan dan kiri terdapat empat jendela. Di bagian belakang terdapat ruangan persegi yang terdapat tiga buah jendela.
Jika dilihat dari bentuk jendela, bangunan ini menggunakan gaya klasik art deco dengan ciri jendela yang berbentuk lengkung di bagian atas dan lurus pada bagian bawah. Tidak dijumpai tanda-tanda adanya kusen yang menempel di jendela dan juga bekas-bekas lubang untuk terali sebagai pengaman jendela. Bangunan ini terletak di tengah-tengah pemukiman dan berada di samping kantor desa Wonreli. Vegetasi di sekitar bangunan kebanyakan berupa semak belukar dan pohon perdu, terdapat pula pohon batang keras seperti pohon sukun.