Piramida Kisar ialah tugu peringatan yang dibangun atas ide dari bangsa Belanda yang telah berlabuh di Pulau Kisar pada tahun 1664. Susunan batu tersebut dibangun di sebuah dataran tinggi di tepi pantai barat Pulau Kisar dengan menyusun batu. Susunan batu ini dimaksudkan sebagai penanda dan penunjuk bagi kapalkapal yang akan berlabuh di Pulau Kisar. Menurut sejarah, di tempat inilah jan De Leuw atau Tuan Yambelien dengan anak buahnya bersama-sama Koholok Pakar mendarat. Kedatangan rombongan ini dengan tujuan untuk mencari tahu penyebab kekacauan yang terjadi di Pulau Kisar yang melibatkan masyarakat lokal dengan bangsa Belanda dan Portugis (BPNB Maluku, 2009).
Hingga saat ini susunan batu tersebut masih bisa dijumpai, tidak diketahui secara pasti bentuk asli dari susunan batu tersebut. Bentuk yang sekarang berupa susunan batu segi empat yang bersusun-susun hingga menyerupai piramida, sehingga masyarakat sekitar menyebutnya dengan istilah piramida Kisar. Secara umum susunan batu ini masih terlihat kokoh, tidak terlalu banyak kerusakan yang terjadi hanya saja terdapat coretan dengan menggunakan cat semprot yang terdapat di salah satu sisi dari piramida. Susunan batu ini terletak di bukit kars di tepi pantai sisi barat Pulau Kisar dengan jarak 1 km dari Pelabuhan Nama, dengan ketinggian 54 mdpl.
Secara geografis susunan batu ini terletak di koordinat UTM 52L X: 295908, Y: 9106504. Di sekitar piramida ini terdapat padang rumput yang tumbuh di dataran kars dan pohon perdu serta semak belukar. Letak piramida ini sangat tepat mengingat maksud dari pembuatan susunan batu ini sebagai penanda bagi kapal-kapal yang berlabuh pada masa itu karena dari lokasi piramida ini dapat melihat Lautan Timor yang hingga melihat Pulau Flores. Dari tempat ini pula dapat dijadikan sebagai pos pengintaian yang sempurna, namun lokasi ini tidak menyediakan cukup sumber air sehingga tidak bisa dijadikan lokasi untuk dibangun benteng pertahanan.
Bentuk piramida ini dengan ukuran 10.8 m x 11 m dan disusun bertingkat hingga empat tingkatan yang masing-masing tingkatan mempunyai selisih jarak 50-60 cm. Pada tingkat yang paling atas kondisinya sudah mulai runtuh dikarenakan susunan batu ini tidak menggunakan bahan perekat sehingga rawan runtuh oleh hujan dan badai.