PERAN TOKOH DEWI SINTA DALAM TRADISI PEWAYANGAN JAWA TIMUR

0
8

Tokoh Dewi memainkan peran penting dalam tradisi pewayangan Jawa Timur, khususnya dalam seni pertunjukan wayang kulit. Sinta adalah tokoh wanita utama dalam Ramayana, di mana ia merupakan permaisuri Pangeran Rama yang merupakan inkarnasi dewa Wisnu. Dalam tradisi pewayangan Jawa Timur tokoh Dewi Sinta dipuja karena ketulusan, kesetiaan yang tak tergoyahkan, dan pengabdiannya dimana sikap tersebut merupakan kualitas-kualitas yang sangat diiunggulkan dalam budaya Jawa. Dalam seni pertunjukan wayang, Sinta digambarkan sebagai lambang sosok panutan yang feminin dan kesetiaan dalam pernikahan. Cinta dan kesetiaannya yang mendalam terhadap Rama, bahkan selama masa perpisahan yang panjang dan cobaan yang berat menampilkan perannya sebagai contoh istri yang setia. Aspek tersebut merupakan aspek dalam budaya Jawa yang menghargai persatuan keluarga, kesetiaan, dan pengabdian kepada pasangan.

Meskipun Sinta terkadang tampak sebagai karakter yang pasif, ia juga terlihat memiliki kekuatan batin yang luar biasa. Ketahanan dan kesetiannya selama penculikan oleh Rahwana (Rahwana) dan cobaan yang ia hadapi mencerminkan cita-cita ketahanan mental dan emosional. Hal tersebut sejalan dengan nilai-nilai budaya Jawa tentang kesabaran. Sebagai permaisuri Rama, Sinta memiliki makna supranatural, dimana ia sering digambarkan sebagai manifestasi dewi Lakshmi, yang melambangkan kemakmuran dan kemurnian spiritual. Dalam tradisi Jawa Timur, yang memadukan unsur-unsur mitologi Hindu-Buddha dengan kepercayaan Masyarakat lokal, kualitas supranatural Sinta ditonjolkan untuk memperkuat tema-tema spiritual Ramayana. Ia mewakili cita-cita duniawi dan spiritual yang melampaui dunia material.

Kisah Sinta berfungsi sebagai sarana edukasi untuk menyampaikan pelajaran moral kepada penonton, dimana melalui ujian-ujiannya, seperti “Agni Pariksha” (ujian api), ia dapat membuktikan kemurniannya, karakternya digunakan untuk menunjukkan pentingnya perilaku etis dan kemurnian hati. Dalam tradisi Jawa, kisahnya digunakan sebagai kompas moral, yang menekankan perlunya kebenaran, bahkan dalam menghadapi kesulitan. Dalam tradisi pewayangan Jawa Timur, kisah Sinta terkadang diadaptasi agar sesuai dengan adat dan kepercayaan masyarakat lokal, misalnya, karakternya dapat digambarkan lebih aktif atau tegas, yang mencerminkan sifat sinkretis budaya Jawa yang memadukan kepercayaan Hindu, Buddha, dan animisme. Meskipun ia mempertahankan citra utama dalam kisahnya, namun hal-hal spesifik lain dalam penggambarannya dapat bervariasi tergantung pada konteks budaya dan pesan yang ingin disampaikan oleh dalang.

Sumber Foto : http://carisouvenir.com/wp-content/uploads/rama-sinta.jpg