MAKNA RELIEF SAMUDERAMANTHANA PADA CANDI KESIMAN TENGAH

0
42

Relief Samudramantana, atau yang juga dikenal sebagai Pengadukan Lautan Susu, merupakan narasi penting dan menonjol dari mitologi Hindu, khususnya dari Mahabharata dan Purana. Episode mitologi ini digambarkan dalam berbagai bentuk di seluruh Asia Tenggara, termasuk dalam seni dan arsitektur Jawa kuno. Kisah Samudramantana merupakan kisah mengenai kerja sama antara para Dewa dan Asura (setan) yang mengaduk lautan susu untuk memperoleh Amerta atau ramuan keabadian. Mereka menggunakan Gunung Mandara sebagai tongkat pengaduk dan ular Vasuki sebagai tali pengaduk. Dewa Wisnu digambarkan dalam bentuk kura-kura yang menopang Gunung Mandara di punggungnya untuk mencegahnya tenggelam. Berbagai harta benda dan makhluk muncul dari pengadukan tersebut, termasuk dewi Lakshmi, gajah surgawi Airavata, dan racun mematikan Halahala, yang ditelan oleh Dewa Siwa untuk menyelamatkan dunia. Relief tersebut melambangkan keseimbangan kosmik dan perjuangan abadi antara kebaikan dan kejahatan. Hal tersebut menandakan kerja sama antara kekuatan yang berlawanan untuk mencapai tujuan bersama dan ide gagasan penciptaan yang muncul dari kekacauan.

Pada beberapa candi di Jawa, relief Samudramantana sering diukir dengan rumit dengan figur-figur dewa, setan, dan berbagai makhluk mistis yang sangat terperinci. Penggambaran tersebut mencakup adegan-adegan dinamis mengenai proses pengadukan dengan elemen-elemen utama Gunung Mandara dan ular Vasuki yang ditampilkan secara mencolok. Relief-relief tersebut menggambarkan tingkat keahlian yang tinggi dan pengetahuan mitologis yang raya dari masyarakat Jawa kuno. Pada Candi Kesiman Tengah terdapat Samudramantana sebagai bagian dari narasi agama dan budayanya. Penggambaran Samudramantana  menjadi simbol keagamaan yang penting, yang mengingatkan para penyembahnya akan kekuatan kerja sama dan berkah dari para dewa. Relief tersebut juga akan memperkuat hak legitimisi dan supranatural dari para raja, oleh karena banyak penguasa Jawa yang menelusuri garis keturunan mereka hingga ke para dewa. Relief tersebut berfungsi sebagai alat bantu visual dalam mengajarkan penduduk setempat tentang mitologi Hindu dan pelajaran moralnya. Relief tersebut menjadi sarana untuk menyampaikan ide dan gagasan mengenai keagamaan dan filosofis yang kompleks dalam bentuk yang mudah dipahami. Relief semacam ini akan menegaskan identitas budaya dan agama masyarakat Jawa, yang menghubungkan mereka dengan dunia Hindu-Buddha yang lebih luas di Asia Tenggara dan India. Ukiran yang rumit akan meningkatkan keindahan candi, yang mencerminkan pencapaian artistik dan keterampilan tingkat tinggi dari para perajin Jawa. Relief Samudramantana di candi Kesiman Tengah akan menjadi simbol yang memiliki banyak sisi, yang mencakup dimensi keagamaan, pendidikan, budaya, dan estetika yang merepresentasikan nilai-nilai, kepercayaan, dan warisan seni masyarakat Jawa kuno.