You are currently viewing Struktur dan Sejarah Geologi Candi Gedongsonggo, Studi Mitigasi Bencana Geologi pada Kawasan Candi Gedong Songo (Bagian 5)

Struktur dan Sejarah Geologi Candi Gedongsonggo, Studi Mitigasi Bencana Geologi pada Kawasan Candi Gedong Songo (Bagian 5)

(BPCB Jateng) Kawasan Candi Gedong Songo berada di lereng bukit yang relatif curam sehingga mempunyai potensi bencana geologi seperti bencana longsor yang dapat mengancam kelestarian CB, hal ini diketahui dari banyak dijumpainya  beberapa titik longsor. Selain didukung oleh kondisi geologi  berupa struktur geologi, kemiringan lereng dan jenis litologi (batuan) yang ada, faktor lain yang dapat memicu terjadinya longsor adalah penggunaan lahan yang kurang mendukung seperti penanaman vegetasi yang tidak tepat, adanya kegiatan penambangan liar, aktivitas pedagang kakilima, serta bangunan  pendukung lainnya.

Struktur geologi daerah Candi Gedong Songo

Struktur geologi tidak tampak di daerah Candi Gedong Songo, mungkin karena telah mengalami alterasi  hidrotermal,  namun  bisa  dilacak  dari  kehadiran  suatu  kelurusan  yang   berarah  barat  laut – tenggara, barat daya – timur laut, utara barat laut – selatan tenggara dan utara timur laut – selatan barat daya yang tampak jelas mengkontrol posisi longsoran-longsoran. Pada kelurusan yang berarah utara timur laut – selatan barat daya, yang melalui lembah sempit jalur longsoran kedua dinyatakan sebagai rekahan karena kandungan gas Radon pada soil sepanjang lembah tersebut mencapai 250 ppm, jauh lebih tinggi dibanding kandungan gas radon dari wilayah sekitar lembah (Nguyen, 2005).

Sejarah geologi daerah Candi Gedong Songo

Sejarah geologi di daerah Candi Gedong Songo diawali dengan pengendapan batuan fasies proksimal pada Pleistosen Bawah yang terdiri dari endapan piroklastik aliran/jatuhan yang keadaannya mulai lapuk dengan warna coklat kekuning-kuningan. Kemudian diendapkan fasies sentral pada Pleistosen Atas – awal Holosen yang berupa endapan piroklastik aliran yang berselingan dengan endapan piroklastik surge. Di bagian atas tampak struktur kekar tiang pada batuan andesit hornblende dan semakin ke bawah berupa endapan lahar yang sebagian telah mengalami alterasi.

Pada masa Holosen awal telah terjadi longsoran pertama yang dikontrol oleh kelurusan berarah barat daya – timur laut. Dengan lembah bekas longsoran pertama, maka terbentuklah suatu depresi yang dikelilingi oleh perbukitan dan jika kita pandang ke selatan terbentang pemandangan yang indah; oleh karena itu sangat menarik untuk dibangun suatu kompleks candi mengelilingi depresi dan pada abad ke 9 dibangunlah kompleks candi yang kemudian dikenal sebagai Candi Gedong Songo. Tampaknya gejala panas bumi, alterasi belum tampak pada saat itu, sehingga dibangun candi-candi di sekitar depresi. Baru setelah terjadi longsoran kedua, bersamaan dengan perekahan pada lembah, yang diperkirakan terjadi pada masa sejarah dan setelah candi-candi dibangun, gejala panasbumi mulai tampak dengan kemunculan fumarol dan sumber air panas di ujung utara depresi. Pada wilayah sumber air panas di utara lembah, ditemukan beberapa fragmen candi yang memberikan argumen hal ini. Gejala panas bumi tersebut, saat ini, mengakibatkan pula alterasi pada batuan candi, terutama Candi 2, Candi 3, dan Candi 4. Setelah longsoran kedua, pada tebing timur telah terjadi longsoran-longsoran kecil sehingga aliran sungai yang cenderung lurus mengikuti rekahan berarah utara timur laut – selatan barat daya menjadi mengalir pada bagian barat lembah dan pada lembah bagian timur cenderung tersingkap batuan induk yang teralterasi.

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, B., Nugroho and Budihardi, M., 1997, Resource Characteristics of the Ungaran Field, Central Java, Indonesia, Proceeding of National Seminar of Human Resources Indonesian Geologist, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang Benda Cagar Budaya

Nguyen Kim Phuong, 2005, Hydrogeochemical Study of the Ungaran Geothermal System, Central Java, Indonesia, Thesis pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta

Syabaruddin, 2004, Pemetaan Fasies Vulkanik Pada Daerah Prospek Panasbumi Gunung Ungaran dan Sekitarnya, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, Jawa Tengah, Skripsi pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta

Thanden, R. E., Sumadirdja, H., dan Richards, P. W., 1996, Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa, Direktorat Geologi, Bandung.

Van Bemmelen, R. W.,  1970, The Geology of Indonesia Vol. IA, General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, 2nd edition, Martinus Nilhoff, The Haque Netherlands.

Verstappen, H. Th., 2000, Outline of the Geomorphology of Indonesia: A Case Study on Tropical Geomorphology of a Tectogene Region (with a Geomorphological Map 1:5000000), International Institute for Aerospace Survey and Earth Science, Netherlands.

Yoga Aribowo, 2004, Karakteristik Kehilangan panas Alamiah dan Alterasi Hidrotermal permukaan pada Area Manifestasi Gedong Songo dan Sekitarnya, Daerah Prospek Panasbumi Ungaran,  Jawa Tengah, Skripsi pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta

Zen, M.T., Syarif, M.A., Simatupang, S.H., dan Juniarto, G., 1983, Tektogenesa Gaya Berat dan Daur Magma Sepanjang Deretan Gunungapi: Ungaran – Merapi di Jawa Tengah, Proceeding PIT XII IAGI, Jakarta.