You are currently viewing Stained Glass, Lampu Kaca Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Stained Glass, Lampu Kaca Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Stained glass

Sani kriya kaca putri (stained glass) dapat dikategorikan sebagai seni kriya yang berasal dari masa Kolonial, karena seni kriya ini merupakan pengaruh Eropa yang dibawa oleh orang-orang Belanda ke Indonesia. Hasil kriya kaca putri kemudian menjadi ciri khas bangunan –bangunan bergaya kolonial, walaupun kemungkinan juga digunakan secara lebih luas. Selain berfungsi sebagai unsur dekoratif, kaca putri biasanya digunakan dalam kaitannya dengan efek pencahayannya pada sebuah bangunan, seperti terdapat pada Gereja Blenduk dan Hotel Lawang Sewu di Semarang, dan Masjid Agung Demak.

Lampu Kaca

Lampu kaca yang menjadi koleksi istana Mangkunegaran dan Ksunanan Surakarta merupakan barang impor dari Eropa. Jenis kaca yang digunakan adalah jenis kaca berkualitas tinggi yang tidak berwarna dan sangat jernih, dikenal dengan sebutan Kristal (Cristallo). Jenis kaca semacam ini baru dikenal pada abad ke XV dan yang pertama membuatnya adalah orang-orang Venesia.