You are currently viewing Solosche Radio Vereeniging

Solosche Radio Vereeniging

oleh: Tri Windari

Radio tentu bukanlah hal yang asing buat kita, suatu alat elektronik yang bisa kita gunakan untuk mendengarkan musik ataupun berita. Muskipun saat ini penggunaan radio jarang ditemui, radio merupakan alat penting untuk kemerdekaan indonesia. Melalui radiolah pejuang indonesia mengetahui Jepang telah menyerah dan berita kemerdekaan indonesia diinformasikan.  

Saluran radio pertama yang dibentuk indonesia, yaitu SRV (Solosche Radio Vereninging) di Solo pada 1 April 1933. Berlangsung di Gedung Societed Sasana Soeka. Dihadiri oleh Sarsito, RM Soetarto Hardjowahono, Lim Tik Liang, RT Dr Marmohoesodo, Tjan Ing Tjwan, Louwson, Wongsohartono, Tjiong Joe Hok dan Prijohartono. Mereka merupakan anggota paguyuban seni dan wartawan di Surakarta. Mereka mengumpulkan uang kas untuk membeli pemancar baru, uang kas yang mereka kumpulkan tak cukup untuk mendapatkan pemancar radio baru. Sehingga mereka meminta bantuan kepada Mangkunegaran VII untuk menanggung kekurangannya. Didengaruhi oleh kegemarannya terhadap radio, Mangkunegaran VII menyetujui hal tersebut.

Pemancar radio tiba di Solo pada 5 Januari 1934, namun sebelum kedatangan pemancar radio tersebut SRV telah berkerjasama dengan NIROM (Radio milik pemerintah Belanda di Batavia). NIROM memberikan pemancar saluran radio kepada SRV yang pada tanggal 16 Desember 1933 mencoba pemancar tersebut dengan menyiarkan Lingkaran Seni Jawa pada jam 8 malam. Setelah kedatangan pemancar baru jangkauan siaran radio SRV semakin luas.

SRV sejak awal dibentuknya tidak memilki studio siaran, mereka melakukan siaran di Pendopo Kepatihan Mangkunegaran. Pada tanggal 1 februari 1935 diadakan rapat asosiasi yang membahas mengenai pembangunan studio baru untuk SRV yang memiliki anggaran kurang lebih f 800 (gulden). Mewujudkan hal tersebut, Mangkunegara VII diminta untuk menymbangkan tanah yang berada di Kestalan. Lahan tersebut memiliki luas 5000 meter yang awalnya akan digunakan untuk membangun pos polisi, namun hal tersebut tidak terrealisasikan. Dalam pembangunan studio baru asosiasi dewan SRV membuat kompetisi desain gedung studionya. Kompetisi tersebut dimuat dalam surat kabar salah satunya De Indische Courant, pada 18 Agustus 1935.Pembangunan studio SRV dilakukan pada 15 September 1935 yang peletakan batu pertamanya diresmikan oleh Gusti Nurul (Puti Mangkunegara VII).

Stasiun radio SRV semakin berkembang dengan memiliki cabang diberbagai kora di nusantara. Voro Jakarta (8 April 1994), VORL Bandung (30 April 1934), Radio Semarang (1936), MAVRO (Yogyakarta 1934). Pada 1935 SRV bekerjasama dengan Vereeniging van Oos tersche radioluisteraars (Vors), dan mendirikan cabang di Jawa Timur dengan nama C.I.R.V.O.

Solosche Radio Vereenegig semakin berkembang dengan menyiarkan kebudayaan jawa dan musik jawa. Keberhasilan lain yang dilakukan SRV ialah dengan memainkan musik gamelan secara langsung dari Solo untuk mengiringi Gusti Nuruk menari di Kerajaan Belanda di Den Haag pada 7 Januari 1937. Setelah indonesia merdeka stadio SRV digunakan sebagai stasiun RRI Solo.

Referensi: Koran Bahasa Belanda: De Indische Courant, pada 18 Agustus 1935

De Locomotief, 16 Desember 1933, Semarang

De Locomotief, 1 Februari 1935, Semarang

Soerabaiasch-Handelsblad, 18 Juni 1935

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20180331184736-241-287287/cerita-radio-pertama-nusantara-kandang-kambing-dan-belanda Diakses pada 8 Agustus 2020