You are currently viewing Seni Hias Kuno, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Seni Hias Kuno, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Sejarah Kemunculan Seni Hias

Sejak lama manusia telah berupaya mengungkapkan perasaannya tentang keindahan. Kemunculan perasaan itu diawali dengan kekagumannya pada keindahan dan kedahsyatan alam. Bagi manusia, alam merupakan sesuatu yang mempesona juga sesuatu yang dahsyat. Maka dari itu, hasil-hasil kesenian tidak hanya merupakan ungkapan keindahan melainkan juga mencerminkan pengalaman keseharian serta nilai-nilai magis dan keagamaan/religius. Pada bukti-bukti pertama tentang keberadaan seni hias, justru fungsi magis/religius inilah yang menonjol. Pada dinding beberapa buah gua di Potugal, Spanyol dan Maroko, tercantum lukisan-lukisan tertua yang menggambarkan perburuan dan praktik – praktik magis. Juga di Indonesia, gambar-gambar serupa juga ditemukan di gua-gua di Sumatera Selatan dan Sulawesi Tenggara juga menceritakan kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu, seni hias pada masa Prasejarah Indonesia terlihat diterapkan pada berbagai benda keperluan upacara seperti nekara atau kapak perunggu.

Bersamaan dengan itu, para ahli kebudayaan percaya bahwa seni bukanlah sekunder unsur keindahan belaka, melainkan juga sebagai pengejawantahan dari gagasan yang ada di dalam benak manusia. Maka, seni hias merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan tentang konsep dan pandangan suatu masyarakat. Oleh karena itu, memperbincangkan seni hias adalah juga mencoba menelusuri gagasan yang melatari kemunculannya. Dalam hal ini, seni hias merupakan tanda (termasuk di dalamnya lambang/simbol) yang digunakan oleh seniman untuk menyampaikan maksudnya kepada anggota masyarakat yang lain.

Ruang Lingkup

Seni hias adalah segala rupa yang digunakan untuk memperindah atau menghiasai benda lain. Sesuai dengan sifatnya, seni hias tidak dapat berdiri sendiri dan hanya melupakan pelengkap dari benda lain. Oleh karena itu, unsur seni hias bertujuan untuk menambah keindahan ddan keselarasan suatu benda.

Dalam fungsinya sebagai unsur dekoratif, seni hias dapat dibagi dalam berbagai beberapa kelompok. Dalam hubungannya dengan seni bangunan misalnya, seni dekoratif ini dapat berfungsi (a) secara konstruktif, dalam arti dapat menambah nilai struktur bangunan dan disebut hiasan struktural, atau (b) sekedar hiasan tempelan tanpa berpengaruh terhadap seni bangunan secara struktural. Hiasan struktural sendiri dibagi menjadi dua, yaitu (a1) hiasan yang jika dihilangkan akan mengubah bentuk bangunan, seperti relung, tingkatan atap, dan penampil, serta (a2) hiasan yang keberadaanya sekedar menunjang struktur bangunan seperti hiasan pilaster dan sesuluran yang kedua-duanya dapat meramping kesan bangunan.

(foto Candi Pringapus)