You are currently viewing Penanganan Temuan Arkeologi Candi Bima oleh BPCB Jateng

Penanganan Temuan Arkeologi Candi Bima oleh BPCB Jateng

Pada saat Candi Bima di Kabupaten Banjarnegara dipugar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, tim menemukan beberapa benda-benda arkeologi. Temuan ini merupkan hasil dari kegiatan ekskavasi yang menyertai kegiatan pemugaran. Beberapa temuannya adalah berupa benda bermateri perunggu. BPCB Jateng segera melakukan penanganan terhadap temuan ini. Pengawas arkeologi biasanya mengajukan permintaan penanganan kepada Kelompok Kerja Pemeliharaan, Subpokja Konservasi untuk diadakan penelitian dan konservasi.

Benda bermateri yang ditemukan berupa fragmen dan berupa mangkuk. Temuan ini ditemukan di 5 kotak yang dibuka dari jumlah keseluruhan 6 kotak.Temuan tersebut kemudian dianalisis dan dikonservasi sesuai dengan jenis bahannya.  berbahan perunggu dianalisis secara kuantitatif kadar logam penyusunnya. Selain itu, benda berbahan perunggu juga dikonservasi untuk membersihkan kerak yang melekat.

Perunggu pada umumnya merupakan logam campuran yang terdiri atas tembaga dengan timah sebagai unsur utama, dan kadang dicampur pula dengan logam lain. Untuk mengetahui logam apa saja yang menyusun perunggu temuan di Candi Bima, dilakukan analisis berikut.

B.1 Penentuan kadar timah

  1. Timbang ± 0,5 gram sampel logam, catat sebagai S gram, kemudian ditempatkan dalam gelas beker 100 ml.
  2. Tambahkan HNO3 pekat dan HCl pekat dengan perbandingan 1 : 3 kemudian tutup dengan gelas arloji.
  3. Diamkan selama 1-1,5 jam.
  4. Krus porselin dipanaskan ± 110 oC selama 24 jam kemudian didinginkan dalam eksikator, timbang dan catat hasilnya sebagai P1
  5. Panaskan sampel di atas hot plate dalam keadaan tertutup selama 1-2 jam.
  6. Tutup dibuka kemudian panaskan sampai hampir kering.
  7. Tambahkan 100 ml H2O dan diaduk sampai larut.
  8. Endapan yang terbentuk disaring dengan kertas saring Whatman No. 40, dan filtratnya ditampung sebagai larutan induk (A).
  9. Endapan dicuci dengan H2O panas.
  10. Endapan dan kertas saring diletakkan dalam krus porselin yang telah disiapkan sebelumnya kemudian dipanaskan pada suhu 110 OC sehingga diperoleh HnSnO2.
  11. Pemanasan dilanjutkan sampai suhu 400 oC hingga diperoleh SnO2.
  12. Timbang krus beserta endapan, catat hasilnya sebagai T1

B.2 Penentuan kadar timbal

  1. Krus porselin dipanaskan ± 110 oC selama 24 jam kemudian didinginkan dalam eksikator, timbang dan catat hasilnya sebagai P2
  2. Filtrat (A) dipanaskan dalam gelas beker 100 ml sampai volume tinggal separuhnya. 
  1. Tambahkan H2SO4 1 N kemudian dipanaskan sampai bau nitrat hilang.
  2. Dinginkan selama 4 jam kemudian endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 40.

Filtrat ditampung sebagai fitrat (B) kemudian endapan dipanaskan dalam oven  pada suhu 110 OC sampai kering dan beratnya konstan (T2).

B.3 Penentuan kadar tembaga

  1. Krus porselin dipanaskan ± 110 oC selama 24 jam kemudian didinginkan dalam eksikator, timbang dan catat hasilnya sebagai P3
  2. Filtrat (B) dimasukkan dalam gelas beker kemudian dipanaskan sampai hampir kering, lalu diangkat dan tambahkan 100 ml H2O sambil diaduk. 
  1. Panaskan lagi sampai mendidih dan diangkat serta ditambahkan NH4SCN 10 %.
  2. Diaduk sampai warna biru hilang dan diamkan selama ± 4 jam.
  3. Saring dan filtrat ditampung sebagai filtrat (C).
  4. Endapan yang terbentuk dicuci dengan NH4SCN 0,1 N sebanyak 3x.
  5. Endapan dan kertas saring dimasukkan dalam krus porselin dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 4 jam dan dinginkan dalam eksikator.
  6. Timbang sampai beratnya konstan (T3).

 

Konservasi Perunggu

  1. Perunggu yang ditemukan dalam bentuk fragmen dan mangkuk. Kondisi mangkuk sudah tidak utuh lagi, rapuh, dan kerak korosinya sangat tebal. Pembersihan dilakukan dengan hati-hati agar tidak semakin memperparah kondisi yang ada
  2. Objek dibersihkan dengan menggunakan sikat dan air untuk membersihkan tanah yang menempel pada objek
  3. Kerak yang telah mengeras di permukaan objek dilunakkan dengan menggunakan alkali gliserol. Caranya kapas dicelupkan dalam larutan alkali gliserol kemudian ditempelkan pada objek yang ada keraknya hingga kapas berubah menjadi kebiruan. Proses ini diulang-ulang hingga kapas tidak berwarna biru lagi sambil kerak yang telah lunak sesekali dibersihkan menggunakan scalpel.
  4. Setelah objek selesai dibersihkan seharusnya distabilkan menggunakan BTA. Namun karena bahan tidak tersedia kemudian dilanjutkan dengan coating menggunakan PVAc 2% yang berfungsi untuk melindungi permukaan objek