You are currently viewing Pemugaran Candi Induk Sewu, Pemugaran (bagian 5), Candi Sewu dan Sejarah Pemugarannya

Pemugaran Candi Induk Sewu, Pemugaran (bagian 5), Candi Sewu dan Sejarah Pemugarannya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah sampai saat terus menerbitkan buku bertema Cagar Budaya. Beberapa buku yang telah diterbitkan merupakan buku yang cukup sering digunakan untuk referensi guna melakukan tindakan pelestarian suatu cagar budaya. Buku-buku ini sering disebut sebagai buku “Babon” karena sangat memegang peranan penting. Salah satu buku “Babon” ini adalah Buku Candi Sewu dan Sejarah Pemugarannya. Adapun tim penulis buku ini adalah Penasehat/editor : IGN Anom, Penanggung Jawab : Tri Hatmaji, Tim Penyusun terdiri dari Ketua : Kusen, Anggota : I Made Kusumajaya, Gutomo, Rusmulia Ciptadi H, Murdjijono, Sudarno, dan Suhardi. Buku ini diterbitkan sebagai bagian Proyek Pelestarian / Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah 1991- 1992. Untuk lebih memudahkan akses masyarakat untuk dapat membaca buku ini, laman ini akan menampilkan bagian per bagian dari buku Candi Sewu dan Sejarah Pemugarannya.

Hasil studi kelayakan menunjukkan bahwa candi induk sewu telah mengalami penurunan/ke melesakkan. Melesaknya bangunan berpengaruh pada lantai halaman yang terbuat dari blok- blok batu. Lantai yang posisinya berdekatan atau rapat dengan kaki bangunan ikut melesak, sedang di tempat lain yang agak jauh dari kaki bangunan justru ada yang terangkat. Dengan demikian jika hujan turun, air tidak lagi dapat mengalir ke luar halaman seluruhnya tetapi ada yang menggenang di sekitar kaki candi (foto No. 2). Dalam kondisi ini, jika yang di pugar hanya candi induknya dan
pelaksanaanya tidak disertai dengan pengangkatan bangunannya, maka genangan airmasih akan terjadi.


Dengan pengertian bahwa dahulu jaladwara pada pagar keliling halaman pertama memang berfungsi, maka dapat diperkirakan bahwa semula permukaan lantai halaman melandai ke arah pagar sehingga air dapat mengalir ke luar melalui jaladwara- jaladwara yang ada di pagar. Situasi dan kondisi semacam ini ingin dipulihkan melalui pemugaran. Dan hal ini hanya mungkin dilakukan jika bangunan, lantai halaman, dan pagar keliling di pagar bersama- sama dalam satu perencanaan. Pemugaran lantai halaman dan pagar keliling memang mutlak diperlukan karena di samping alasan di atas, kondisi kedua unsur bangunan tersebut memang sudah rusak dan perlu diperbaiki.