You are currently viewing Lawang Sewu, Bangunan Sejuk Tanpa Pendingin Ruangan

Lawang Sewu, Bangunan Sejuk Tanpa Pendingin Ruangan

Oleh Ade Maulida Shifa

Siapa yang tidak asing lagi dengan Lawang Sewu? Bangunan yang didirikan pada masa pemerintahan Belanda ini cukup mencuri perhatian orang yang melewati Ibukota Jawa Tengah, Semarang. Lawang Sewu yang sekarang terkenal sebagai museum memiliki cerita panjang dan dapat dikatakan sebagai bukti awal sejarah perkembangan perkeretaapian di Nusantara. Mulai didirikan pada 1904 hingga selesai pada 1907, bangunan tropis ini didesain sedemikian rupa oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitektur asal Amsterdam dengan memperhatikan sirkulasi udara yang masuk. Apabila berkunjung ke Lawang Sewu mungkin akan terasa suasana sejuk saat memasukinya. Namun, pernahkah terbayangkan bagaimana bisa bangunan Lawang Sewu tetap sejuk meskipun tidak ada pendingin ruangan didalamnya? Mari simak penjelasan berikut untuk mengetahui lebih lanjut.

Pada awal berdiri, Lawang Sewu dibangun untuk menjadi kantor pusat perusahaan kereta api milik swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS). Hal ini berkaitan dengan kebutuhan pada saat itu untuk mengangkut hasil perkebunan dan pertanian menuju pelabuhan Semarang, menggantikan angkutan tradisional pedati. Lawang Sewu memiliki desain yang cukup unik dengan bangunan utama berbentuk menyerupai huruf L. Keunikan ini tercermin pada bentuk bangunan yang berciri khas Belanda tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga menyesuaikan kondisi iklim panas di daerah Semarang. Pintu dan jendela terlihat di setiap sudut bangunan, berjumlah sekitar 928 daun pintu. Hal ini juga berkenaan dengan penamaan bangunan Lawang Sewu, berarti seribu pintu karena jumlahnya yang banyak. Jumlah yang banyak ini tentu memiliki tujuan tertentu, yaitu agar sirkulasi udara menjadi lancar. Jendela yang ada juga dirancang untuk memaksimalkan udara yang masuk ke dalam ruangan, selain pintu yang berjumlah banyak. Pengaturan sirkulasi dengan ventilasi, nampaknya diperhatikan dengan seksama menggunakan prinsip ventilasi silang dan peninggian bagian langit-langit gedung. Terdapat juga bangunan menara yang juga berfungsi sebagai ventilasi udara sekaligus menambah kesan estetika dari bangunan Lawang Sewu. Selain itu, banyaknya bukaan-bukaan (pintu, jendela, dan ventilasi) dapat memaksimalkan pada pencahayaan bangunan Lawang Sewu sehingga tetap terlihat terang tanpa lampu di siang hari. Pencahayaan juga didapatkan pada ruangan yang terdapat kaca patri didalamnya, menghadap arah matahari terbit.

Sisi unik dari cagar budaya ini yaitu memiliki ruang bawah tanah yang konon menyimpan cerita mistis. Terlepas dari hal itu, ternyata ruangan bawah tanah tersebut dirancang sebagai sistem drainase atau saluran air. Pada musim hujan, ruang bawah tanah ini berfungsi untuk  menyimpan air hujan agar tidak menggenangi halaman gedung atau bangunan. Fungsi lain ruang bawah tanah ini juga sebagai pendingin ruangan diatasnya, yaitu bangunan utama Lawang Sewu.

Dengan pengadaan seperti jendela, pintu, ventilasi, dan ruangan bawah tanah yang dirancang tersebut, tidak heran jika hal ini yang menjadikan Lawang Sewu sebagai landmark Kota Semarang ini terasa sejuk meskipun tidak menggunakan pendingin ruangan. Kecerdasan arsitektur yang merancang bangunan tropis tersebut patut kita apresiasi di masa sekarang dengan tetap mengunjungi, menjaga, melindungi, dan lestarikan bangunan Lawang Sewu. (Penulis adalah mahasiswa magang di BPCB Prov. Jawa Tengah)

Referensi

Abyyusa, Amirul F., dkk. 2019. LAWANG SEWU’S MONUMENTALITY ARCHITECTURE. Jurnal RISA (Riset Arsitektur) Volume 03 No. 02 hlm. 105—120. ISSN 2548-8074

Galikano, S. 2015. Menyingkap Kecerdasan Arsitektur Lawang Sewu. Diakses melalui: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151119195551-269-92834/menyingkap-kecerdasan-arsitektur-lawang-sewu pada 25 Agustus 2021

Hardiman, G., dkk. 2016. PENGARUH IKLIM TROPIS LEMBAB TERHADAP KERUSAKAN FASADE BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA LAMA SEMARANG. MODUL vol 16 No. 1 hlm 29—34.

Malik, A. 2004. Aspek Tropis Pada Bangunan kolonial lawang sewu semarang. Diakses melalui: https://core.ac.uk/display/11702931 pada 25 Agustus 2021