You are currently viewing Kehebatan Di Balik Pemugaran Candi (Pencari Batu)

Kehebatan Di Balik Pemugaran Candi (Pencari Batu)

Candi yang saat ini berdiri dan dapat dinikmati oleh banyak orang dahulunya tidak ditemukan dalam kondisi yang indah seperti sekarang ini. Candi tersebut ditemukan dalam kondisi yang hancur berantakan dengan batunya yang bertebaran di mana-mana. Rentang waktu sejak candi-candi tersebut dibuat hingga masa sekarang lebih dari 1000 tahun lamanya. Selama rentang waktu tersebut banyak kendala cuaca, alam, dan lainnya yang menerpa candi hingga sampai di kondisi yang berantakan seperti awal ditemukan. Lalu, bagaimana candi tersebut dapat kembali indah dan kokoh seperti sedia kala?

Kenali para juru pugar yang berada di sekitar kompleks percandian yang sedang dipugar. Saya berkesempatan mewawancarai para juru pugar yang berada di kawasan Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah. Perlu diketahui, juru pugar dalam suatu kawasan percandian terbagi menjadi dua tugas, yaitu pencari batu dan steller. Secara teori, tugas pokok mereka adalah mencari batu yang menjadi bagian pada suatu candi dan memasangnya kembali hingga menjadi utuh dan kuat kembali. Namun, secara praktek pekerjaan mereka tidak semudah itu.

Pada hari kamis (11/7), saya diajak berkeliling kompleks candi Sewu oleh Mas Agus dan Mas Restu. Mereka adalah pencari batu yang bekerja di bawah BPCB Jateng. Selama berkeliling, beliau bercerita tentang pengalamannya selama menjadi pencari batu. Mereka berdua bercerita mendapat informasi mengenai profesi ini dari tetangga dan keluarga di sekitar mereka. Menurutnya, menjadi pencari batu merupakan profesi yang amat menarik. Sebab, selain sembari belajar mengenai kebudayaan masa lampau dan percandian, menjadi juru pugar juga seperti bermain puzzle raksasa.

Pencarian batu candi bagi orang awam terlihat tidak memungkinkan, karena sekilas semua batu terlihat sama. Namun tidak bagi para pencari batu, mereka dapat melihat perbedaan di setiap batu dan mengetahui bagian batu yang sedang mereka cari. Menurut penuturan Mas Restu, hal tersebut dapat terjadi karena setiap hari beliau hanya berkutat dengan batu dan melihat batu. Sehingga ia sudah terbiasa dan bisa mengetahui batu-batu yang sedang ia cari serta letak asli dari batu tersebut.

Menurut cerita mereka, rekor jarak penemuan batu candi Sewu adalah sejauh kurang lebih satu kilometer dari candi Sewu. Berhasil menemukan batu dan sesuai dengan letak yang diperkirakan selalu membawa kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi para pencari batu. “Kadang suka kepikiran mbak, sampe rumah. Ini batunya kok ga ketemu ya, apa itu yang tadi saya lihat di sebelah sana. Kok batu di sana rasanya pas sama batu di situ”. Mereka menambahkan, seniornya bahkan pernah sampai kembali lagi ke candi Sewu untuk memastikan apakah batu tersebut benar merupakan batu yang ia cari.

Besar dan beratnya batu candi tersebut membuat resiko pekerjaan mereka cukup tinggi. Mas Agus dan Mas Restu bercerita sering tersengat kalajengking disaat akan mengangkat batu dari tumpukannya. Selain itu, tangan dan kaki mereka sering sekali tertiban batu-batu yang berat itu. Salah seorang pencari batu, bernama Mas Is bercerita bulan lalu kakinya tertimpa batu sehingga tidak bisa berjalan. Baru seminggu kakinya dapat ia gunakan untuk berjalan, tetapi ia masih belum bisa mengangkat beban yang terlalu berat.

Selain resiko akan kecelakaan kerja, masalah yang mereka hadapi adalah kurangnya regenerasi pencari batu. Mereka bercerita bahwa banyak pencari batu yang akan pensiun di akhir tahun ini dan beberapa tahun mendatang. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena dalam memugar sebuah candi dibutuhkan tim dengan jumlah orang yang tidak sedikit. Berkurangnya jumlah tenaga kerja pencari batu dan banyaknya situs yang harus dipugar menjadi sebuah persoalan yang cukup membingungkan.

Walau begitu, mereka tetap selalu mengerjakan tugasnya dengan semangat dan telaten. Para pencari batu ini tentu memiliki kebanggaan tersendiri karena telah memiliki andil yang cukup besar dalam proses pelestarian warisan nenek moyang. “Ada rasa bangga mbak, kalo lihat orang melihat candi yang telah kita pugar. Cerita juga ke anak istri ‘itu bapak yang ikut bikin’. Menyenangkan sekali mbak rasanya” berikut penuturan mereka. Beliau-beliau inilah tangan-tangan hebat dibalik kemegahan candi yang kini dapat kita nikmati keindahannya. Tanpa jasa mereka, kita dan generasi selanjutnya tidak dapat menyaksikan bukti dari keagungan peradaban Nusantara di masa lalu. Karena mereka, Indonesia memiliki bukti faktual yang indah akan identitas sejarah Nusantara. Para tangan-tangan terpilih.

Tulisan dan foto oleh Desfira Ramadhania Rousthesa (Mahasiswa Magang Sarjana Arkeologi UI)

N.B. cek video di youtube dengan keyword ‘Tangan-Tangan Terpilih” untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kehidupan dan informasi lain mengenai para pencari batu.