You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Arca Kuno (4)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Arca Kuno (4)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Teknologi pembuatan arca yang berkembang dalam budaya megalitik menghasilkan arca menhir dan arca megalitik. Sesuai dengan namanya. Arca menhir adalah menhir yang mempunyai penggambaran bentuk muka pada bagian puncaknya yang dihasilkan dari goresan atau pahatan rendah. Arca tipe ini biasanya digamarkan seperti kolom (tiang) yang kaku, tanpa kaki, dan penggambaran tangannya hanya berupa goresan diletakkan di samping atau di atas perutnya. Adapun arca megalitik adalah penggambaran bentuk manusia atau binatang yang skematis dan kurang simetris. Penggambaran bentuk ini pun dihasilkan dari teknik pahat yang sederhana. Tubuh arca digambarkan tidak tepat atau tidak sesuai dengan posisi yang sebenarnya.

Teknik pembuatan arca batu mengalami kemajuan yang pesat pada masa klasik. Kemajuan yang dimaksud dapat ditunjukkan melalui kesempurnaan dalam menggambarkan figur. Komponen-komponen figur yang digambarkan pada masa ini menunjukkan ketepatan komposisi dan proporsi. Tidak hanya itu, penguasaan teknik pengarcaan pada masa ini juga mampu menggambarkan ekspresi tokoh yang digambarkan seperti yang dituntut oleh kitab Silpasastra sebagai sumber acuan yang berisi pedoman pembuatan arca di India.

Arca batu, baik yang berasal dari tradisi megalitik maupun arca klasik (Hinduistis-Buddhistis), dikerjakan secara bertahap. Tahapan yang paling awal adalah persiapan bahan baku. Dalam tahap ini batu monolit dipangkas bagian sudut-sudutnya sehingga membentuk sketsa. Sketsa ini kemudian didetilkan untuk memperoleh gambaran bagian-bagian tokoh secara lengkap, termasuk perhisan, dan kelengkapan lainnya. Pada akhirnya, bentuk arca yang sudah terbentuk diperhalus pada tahap finishing,

Pemahatan arca batu tampaknya dilakukan dari atas, yakni dari kepala kemudian berturut-turut waah,badan, lengan, dan kaki. Oleh karena arca dipahat dari atas, maka seringkali dijumpai arca penggambaran badan atasnya tidak seimbang dengan badan bawahnya. Kasus ini dapat diamati pada arca-arca yang badan atasnya digambarkan lebih panjang dari badan bawah atau arca-arca yang badan atasnya digambarkan lebih detil dan dengan kualitas yang lebih halus dibandingkan dengan badan bawahnya.

Arca logam secara garis besar dibuat dengan teknik bivalve atau cetakan setangkup dan a cire perdu atau lost wax techniques. Dari kedua cara itu, a cire perdu lah yang paling sering digunakan dalam pembuatan arca logam. A cire perdu atau lost wax techniques dimulai dengan pembuatan model arca dari lilin sampai dengan detailnya. Model dari lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat atau gips. Setelah tanah liat atau gips tersebut agak keras kemudian dibakar sampai lilinnya mencair dan dapat dikeluarkan dari lubang yang sudah disediakan sebelumnya. Setelah itu, yang tertinggal adalah cetakan arca dari tanah liat atau gips. Cetakan tersebut kemudian diisi dengan logam cair melalui lubang tempat lilin cair dikeluarkan. Setelah logam dingin, cetakan dipecah dan arca logam yang sudah tercetak siap untuk dihaluskan dan dipoles.

Tidak semua komponen pada arca logam dibuat menjadi satu. Kadangkala terdapat komponen arca yang dibuat secara terpisah dan baru disatukan setelah bagian tersebut jadi. Komponen arca yang biasanya dibuat terpisah antara lain adalah catra (payung), stela (sandaran arca), sirascakra (lingkaran di belakang kepala arca yang melambangkan sinar kedewaanya), serta asana (tempat duduk arca). Penggabungan komponen-komponen tersebut dapat dilakukan dengan teknik patri dan casting on. Casting on adalah teknik menyambung logam dengan cara memanaskan dan menyatukan bagian yang hendak disatukan dalam kondisi masih panas.