You are currently viewing Ragam Tema Ornamentasi, Ular/Naga, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Ragam Tema Ornamentasi, Ular/Naga, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Ular/naga. Ragam binatang ini banyak didapatkan pada pahatan Klasik, berupa hiasan atau laksana untuk arca, biasanya dalam bentuk upawita, kelat bahu, atau jamang. Pada periode tersebut, naga atau ular biasanya merupakan ciri yang menandai adamya bangunan atau benda-benda yang melambangkan meru. Namun secara umum, naga atau ular sering dikaitkan dengan dunia bawah, unsur air dan kesuburan. Pada batu yoni juga sering didapatkan gambaran ular, dalam posisi menyangga cerat. Di Candi Borobudur, ular dimunculkan pada pangkal sesuluran. Selain itu, naga/ular juga dikaitkan dengan lambang regenerasi yang dikaitkan dengan kematian atau penguburan. Pada masa Klasik pola hias naga dapat dijumpai dalam bentuk makara yang menghiasi pipi tangga candi. Naga juga dapat dilihat di Candi Sukuh, dalam bentuk relief pada sebuah gapura. Bebebrapa ahli mengaanggap relief ini sebagai sengkalan memet, yang dibaca “goh wiku anahut buntut (iku)” yang berarti tahun 1376TS.

Pada masa Islam ragam naga dapat dijumpai dalam bentuk yang digayakan di beberapa lingkungan makam seperti makam Sunan Giri di Gresik (Jawa Timur) dan makam Sunan Pandanarang di Tembayat (Klaten). Selain pada makam, naga terdapat pada mimbar Masjid Agung Demak, dalam bentuk ukiran. Temuan lainnya dari masa Islam terdapat pada ambang pintu masuk Langgar Hadiwarno (Kudus). Selain pada bangunan, ular/naga juga sering digunakan untuk menghias rancak gamelan, dalam bentuk ukiran kerawang atau ukirantiga dimensi, berbuat dari kayu. Pada bangunan ini, ular duiggambarkan dalam posisi berbelit. Ular juga digunakan untuk menghias senjata, tertutama mata tombak an keris.

Gambaran naga juga banyak ditemukkan dalam pada bangunan kelenteng, baik dalam bentuk lukisan maupun arca. Lukisan naga biasanya diletkakkan di dalam kelenteng, dian jika berupa arca, naga umumnya berada di atas bubungan atap dalam posisi uyang berhadapan. Kemunculan naga tersebut dimaksudkan untuk menolak pengaruh jahat. Kecuali itu, dalam budaya Cina, naga melambangkan kekuatan yang penuh dengan keluwesan, lambang laki-laki, lambang keagungan raja, dan lambang kekuasaan.