You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Arca dan Penyebarannya (8)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Arca dan Penyebarannya (8)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Arca Siwa Mahadewa dari Tegal

Arca Siwa Mahadewa dari Tegal ini diperkirakan berasal dari abad IX TU, saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta (no. Inv. 6050). Arca tersebut dibuat dari perunggu, tetapi ketiga matanya dilapis perak dan bibirnya dilapis emas. Laksana yang dimiliki oleh arca ini terdiri atas jatamakuta, ardhacandrakapala, jnanetra (mata ketiga di dahi), camara, kamandalu, upawita (tanda kasta yang diselempangkan di dada) berbentuk ular, dan ajina (pakaian dari kulit binatang). Penggambaran Siwa Mahadewa semacam ini merupakan bentuk penggambaran Siwa sebagai dewa tertinggi. Penggambaran serupa juga ditemukan di bilik utama Candi Siwa di kompleks Prambanan.

Arca Wisnu dari Pahingan

Arca Wisnu yang ditemukan di Pahingan, Temanggung ini diperkirakan berasal dari abad VIII-IX TU. Arca yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta (no. Inv. A2/486) ini, termasuk kategori arca bimetalik. Arcanya dibuat dari emas dan lapiknya dari perak. Ciri menonjol yang dimiliki oleh arca ini adalah penggambarannya yang standar dan sangat sesuai dengan aturan dalam kitab Silpasastra, termasuk penggambaran laksananya yang terdiri atas cakra, sangka dan gada. Salah satu tangannya menunjukkan sikap waramudra (sikap tangan memberi anugrah) sambil memegang benda berbentuk persegi.

Siwa dan Parwati dari Gua Seplawan

Sepasang arca yang ditemukan di Gua Seplawan (Purworejo) ini diperkirakan berasal dari abad IX TU, dan saat ini disimpan di Direktorat Purbakala di Jakarta. Sepasang arca Siwa dan Parwati dan Seplawan juga termasuk dalam kategori arca bimetalik, karena arcanya dibuat dari emas dan padmasananya (tempat berdiri arca berbentuk bunga teratai) dibuat dari perak. Penggambaran Siwa bersama dengan saktinya secara bersamaan dalam bentuk antropomorpik juga merupakan penggambaran yang istimewa karena, pasangan ini lebih sering digambarkan dalam wujud lingga-yoni. Terlebih lagi karena keduanya digambarkan bergandengan tangan. hal ini dianggap tidak lazim di dalam ketentuan pembuatan arca. Secara garis besar sepasang arca ini digambarkan dengan catra, memiliki sirascakra berupa lingkaran api, dan memakai abharana yang raya. Laksana Siwa atau Parwati sebenarnya tidak begitu tampak, kecuali mahkotanya yang berbentuk atamakuta.

Arca Dewi Sri

Arca dalam katalog Fontein no.48 tidak diketahui tempat asal penemuannya dengan jelas. Akan tetapi, dalam-dalam katalog Museum Sonobudoyo disebutkan berasal dari Jawa Tengah. Arca tersebut dibuat dari perunggu dan diperkiran berasal dari abad IX-X TU. Ciri paling dominan yang menyebabkan arca ini dianggap sebagai penggambaran Dewi Sri adalah setangkai padi yang dipegang dengan tangan kirinya. Dalam kepercayaan Hindu, Dewi Sri merupakan sakti Wisnu yang populer di Jawa sebagai Dewi Padi yang dipercaya selalu memberikan anugrah dan kesejahteraan pada masyarakat. Sifat selalu memberi anugrah pada arca ini ditunjukkan melalui sikap tangan kanannya yang menggambarkan waramudra. Sampai saat ini, praktek pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai Dewi Padi, sekaligus sebagai Dewi Kesuburan, masih dilaksanakan di beberapa daerah di Jawa Tengah.

Foto: Arca Dewi Sri Koleksi BPCB Prov.Jawa Tengah