You are currently viewing “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” Bagian VII Bangunan Induk Monumen Pers

“Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” Bagian VII Bangunan Induk Monumen Pers

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah pada tahun 2019 kembali menerbitkan sebuah buku. Buku ini berjudul “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah”. Buku ini diterbitkan guna memeberikan informasi singkat tentang cagar budaya peringkat nasional berupa bangunan, struktur, situs, dan kawasan cagar budaya yang berada di wilayah Jawa Tengah.

Buku ini diterbitkan dalam dua versi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Halaman-halaman pada buku ini banyak dipenuhi dengan foto-foto yang diharapkankan dapat menarik bagi pembaca dan tidak membosankan.

Buku “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Sebagian buku ini telah dikirim kepada sekolah, dinas, dan perpustakaan yang telah ditunjuk. Pada saat Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah mengadakan even, buku ini juga akan dibawa dan dibagikan. Bagi sekolah ataupun perpustakaan yang menginginkan buku ini, dapat mengajukan permohonan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah melalui Surat. Bagi masyarakat yang ingin membac secara online juga dapat membaca melalui laman kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng karena materi buku ini akan diunggah bagian perbagian. Selamat membaca.

Bangunan Gedung Monumen Pers dibangun sekitar tahun 1918 atas perintah Mangkunegoro VII, Pangeran Surakarta, sebagai balai perkumpulan dan ruang pertemuan. Gedung ini dulunya bernama “Societeit Sasana Soeka” dan dirancang oleh Mas Aboekassan Atmodirono. Pada tahun 1933, Sarsito Mangunkusumo dan sejumlah insinyur lainnya bertemu di gedung ini dan merintis Solosche Radio Vereeniging, radio publik pertama yang dioperasikan pribumi Indonesia. Tiga belas tahun kemudian, pada tanggal 9 Februari 1946, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dibentuk di gedung ini.  Monumen Pers Nasional dimanfaatkan sebagai “museum” dan sampai saat sekarang masih menjadi sumber informasi tentang sejarah pers Indonesia yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

The Press Monument building was built around 1918 on the orders of Mangkunegoro VII, A Prince of Surakarta. This building was used as a meeting hall and meeting room. Formerly, it was called “Societeit Sasana Soeka” and was designed by Mas Aboekassan Atmodirono. In 1933, Sarsito Mangunkusumo and other engineers met in this building and pioneered Solosche Radio Vereeniging, the first public radio operated by indigenous Indonesians. Thirteen years later, on February 9, 1946, the Indonesian Journalists Association (PWI) was formed in this building.The National Press Monument managed by the Ministry of Communication and Information Technology that nowadays it is used as a “museum” and source of information about the history of Indonesian press.