Toleransi : Beda Agama, Rukun Berdampingan

0
1172

Beda Agama, Rukun Berdampingan

Meski ajaran yang berkembang adalah Buddha Mahayana, bukan berarti tak ada pemeluk agama lain di wilayah Sriwijaya. Di pusat kerajaan sendiri ada bukti kehadiran masyarakat
penganut Hindu dengan ditemukannya arca Ganesha dan Siwa Mahadewa di Palembang. Namun masyarakat pemeluk agama Hindu tampaknya lebih memilih untuk bermukim di daerah-daerah yang lebih hulu, di sepanjang aliran Sungai Musi atau anak-anak sungainya. Banyak buktinya, seperti Candi Lesung Batu dan temuan arca yoni di daerah Musi Rawas, atau kompleks percandian Bumiayu yang bersifat Hindu-Tantris di tepian Sungai Lematang, di Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang llir (PALI), Sumatera Selatan
Kehadiran agama Hindu di tengah peradaban besar Buddhis Sriwijaya memperlihatkan toleransi kehidupan beragama. Penguasa Sriwijaya tidak mematikan perkembangan agama Hindu di wilayah kekuasaannya. Masyarakat penganut agama Hindu dan Buddha dapat hidup rukun berdampingan. Bukti toleransi, lagi-lagi terlihat pada arca Awalokiteswara (abad ke-8 sampai 9 Masehi) dari Binginjungut. Di punggung arca ini terdapat tulisan “dang acaryya syuta” -dang acaryya adalah gelar pendeta Hindu. Sementara Syuta, nama dari pendeta itu. Prasasti singkat ini menginformasikan tentang persembahan sebuah arca Bodhisattwa, dari seorang pendeta Hindu, kepada masyarakat pemeluk agama Buddha Mahayana.