Kompleks Makam Gede Ing Suro berada di Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Secara astronomis lokasi situs ini berada pada titik 2°58’40.6″S 104°47’32.6″E. Dahulu daerah ini dikenal dengan nama Palembang Lamo, karena merupakan pusat pemerintahan awal Kesultanan Palembang Darussalam. Pada fase berikutnya pusat kegiatan Kesultanan Palembang Darussalam dipindah ke Kuto Gawang yang kemudian sekarang ini dikenal Kuto Besak yang letaknya di Kampung 16 Ilir, di pusat kota Palembang sekarang.
Kompleks Makam Gede Ing Suro merupakan tanah darat dengan ketinggian rata-rata sekitar 4 meter di atas permukaan laut. di bagian utara agak meninggi Lokasi kompleks dikelilingi parit yang sebagian di antaranya sekarang telah ditimbun dan sebagian lagi dimanfaatkan sebagai lahan pertanian Di sebelah timur, komplek ini berbatasan dengan tembok pagar keliling Pabrik Pupuk Sriwijaya dan di sebelah selatan dengan Sungai Musi. Di bagian selatan komplek terdapat pemukiman penduduk.
Kompleks Makam Gede Ing Suro untuk pertama kalinya ditemukan pada tahun 1935 oleh L.C. Wcstenenk yang waktu itu menjabat Residen Palembang dan seorang stafnya – yaitu H. Luning. Mereka menemukan runtuhan bangunan bata yang merupakan bagian kaki bangunan Penelitian di Gede Ing Suro dilanjutkan oleh F M Schnitger, seorang kontrolir Belanda Ia berhasil menemukan sebuah arca batu yang berukuran tinggi 1,18 meter, bantalan arca berbentuk teratai, fragmen kepala kala. dan hiasan bangunan. Arca batu yang ditemukan Schnitger itu merupakan arca dewa yang gaya seninya menunjukkan gaya dari abad ke 8 – 9 Masehi
Di Kompleks Makam Gede Ing Suro terdapat 7 buah bangunan yang terbuat dan bata dan batu putih. Berdasarkan gaya seninya bangunan-bangunan tersebut diduga berasal dari sekitar abad kc-15-16 Masehi yaitu masa-masa pengaruh Majapahit berkembang di Palembang Selain pada bangunan, pengaruh Majapahit tampak pada arca perunggu yang ditemukan di antara runtuhan bangunan Arca-arca perunggu tersebut menggambarkan Siwa Maha dewa. Brahma, dan Wisnu Pada waktu Islam masuk ke Palembang, runtuhan bangunan (candi) di Gede Ing Suro ini dimanfaatkan sebagai makam. Oleh sebab itu situs inipun dikenal dengan nama Kompleks Makam Keluarga Kiyai Gede ing Suro. bangsawan Jawa yang lari ke Palembang setelah runtuhnya Majapahit pada tahun 1528
Tinggalan budaya masa lampau yang bersifat Budhis ditemukan di sebuah dataran tinggi di sebelah utara Kompleks Makam Gede Ing Suro yaitu berupa arca Buddha dan Bodhisattwa yang terbuat dan perunggu berlapis emas. dan sisa bangunan bata Mungkin arca ini dulunya ditempatkan di sebuah kompleks wihara Berdasarkan gaya seninya, arca ini diduga berasal dan sekitar abad ke-8-9 Masehi.
(sumber: Situs-Situs Masa Klasik Di Wilayah Palembang)