Candi Muarajambi Ada Gentengnya, Benarkah?
Tidak banyak yang mengetahui bahwa candi-candi di Muarajambi, di atas struktur candinya, masih memiliki komponen bangunan. Artefak apa yang bisa dijadikan bukti sebagai alasan yang memperkuat dugaan tersebut. Pada tahun 2013 ditemukan di area Candi Kedaton. Pecahan seperti ini pernah saya temukan di Candi Kotomahligai sekitar tahun 1991, diantara tumpukan bata kira-kira dekat gundukan bangunan induk. Pecahan yang sama juga pernah ditemukan di Candi Gumpung dan Kembarbatu, tapi lupa tahunnya. Permukaan artefak ini diberi glasir warna hijau, fungsinya selain untuk meningkatkan nilai keindahannya juga untuk membuatnya kedap air dan anti lumut. Selain itu juga berguna untuk memantulkan sinar matahari, sehingga ruangan di bawah atap menjadi lebih dingin dibandingkan dengan genteng tanpa glasir.
Penemuan di Candi Kedaton sudah tentu penting artinya untuk kita memahami arsitektur bangunan masa lalu di Muarajambi. Pasti ada bangunan-bangunan atap kayu yang ditutup genteng. Bisa jadi memang demikian. Struktur bagian atas bangunan yang rata-rata hilang mengindikasikan bahan yang digunakan bukannya bata seperti di Jawa, tetapi bahan organik dari kayu dan bambu seperti yang masih dipraktekkan di Bali sampai hari ini. Jadi, jangan bayangkan candi-candi di Muarajambi bentuknya seperti Prambanan di Jawa Tengah. Penemuan genteng di lingkungan candi-candi yang saya sebutkan tadi setidaknya memberi kita bukti bahwa terdapat banguan suci yang bagian kakinya terbuat dari bata sedangkan selebihnya sampai ke puncaknya terbuat dari bahan organik. Setelah ditinggalkan berabad-abad, sudah tentu struktur bagian atas candi hilang tanpa bekas. Kecuali gentengnya yang tidak lapuk tapi pecah.
Sumber : Junus Satrio Atmojo