Pasemah merupakan salah satu situs megalitik yang paling terkenal dari banyak situs megalitik di Sumatera.
Hal ini karena keunikan tinggalan yang ditemukan disana dan luas pesebaran temuan-temuan tersebut. Tidak sulit bagi mata awam untuk melihat kebesaran peradaban yang pernah ada di Pasemah, baik dari tinggalan struktur sederhana bilik batu atau pada tingkat penggarapan pada pahatan-pahatan batu yang ditemukan. Bilik batu yang juga dikenal sebagai kubur batu merupakan tinggalan yang ditemukan baik di tradisi megalitik tua (2500-1500 SM) atau megalitik muda (kira-kira 1000SM). Akan tetapi masyarakat yang menghasilkan temuan-temuan ini sepertinya berasal dari masa Undagi yang lebih muda, yaitu di awal 1 masehi. Hal ini karena ditemukan beberapa penggambaran nekara Ðông Sơn seperti pada Batugajah dan pahatan relief Batu Tatahan Air Puar. Pertama kali tinggalan Pasemahdihubungkan dengan budaya Ðông Sơn adalah oleh A.N.J.Th.a.Th van der Hoop, seorang ahlipurbakala yang sebelumnya merupakan pilot KLM yang pertama kali menerbangkan pesawat dari Belanda ke Hindia Belanda. Van der Hoop adalah yang pertama kali menginterpretasikan secara tepat penggambaran dua tokoh dalam relief Batugajah yang masing-masing menggendong nekara yang tergantung pada bahunya dengan menggunakan tali. Van der Hoop kemudian membahas interpretasi ini secara mendalam di dalam disertasi doktoralnya“Megalithic Remains in South Sumatera (1932).
Ðông Sơn adalah sebuah situs di propinsi Thanh Hoa, Vietnam, yang merupakan situs permukimam prasejarah yang memperlihatkan kumpulan temuan logam yang luar biasa. ÐôngSơn dengan tinggalan nekara-nekaranya menandai puncak pencapaian dari pengolahan logam di Asia Tenggara, walaupun Vietnam Utaea secara politis sangat dipengaruhi oleh Cina sejak pertengahan abad 3 SM, area ini menjadi bagian dari wilayah Cina di 111 SM dan menjadisebuh propisi di bawah kekaisaran Han di 23 M. Akan tetapi akar dari gaya metalurgi Ðông Sơnbisa dilacak ke masa awal ragam hias tembikar di Vietnam, yang muncul pada tahun sekitar 600 SM. Jadi bisa dikatakan akar dari gaya metalurgi Ðông Sơn asli berasal dari Asia Tenggara. Nekara Ðông Sơn klasik yang dikategorikan merupakan gaya Heger I tidak memperlilhatkan pengaruh gaya dari Zhou atau dinasti Han, Cina, gaya ini sepertinya mulai dikembangkan di Yunnan atau Vietnam Utara di sekitar 500 SM. Nekara gaya Heger I kini sudah ditemukan lebih dari 200 buah dari berbagai situs di Asia Tenggara (tetapi tidak ditemukan sama sekali di Kalimantan, kawasan timur laut Indonesia dan Filipina), memiliki tympana yang datar, pinggiran yang menggelembung di bagian tengah dan kaki seperti kaki genta. Nekara macam inilah yang digambarkan di beberapa pahatan Pasemah.
Fungsi dari nekara ini diperkirakan memiliki kaitan dengan ritus penguburan atau merupakan bagian dari regalia kepala suku. Victor Goloubew menginterpretasikan di 1929 bawah kapal-kapal panjang yang digambarkan pada nekara adalah perahu-perahu yang membawa orang mati ke kehidupan selanjutnya. Goloubew menggunakan analogi dari kesenian dan kepercayaan di Kalimantar Tenggara yang dia percaya merupakan sisa dari tradisi ÐôngSơn. Lain lagi dengan H. Lofs-wissowa yang menyimpulkan bahwa ada kemungkinan nekara merupakan regalia yang digunakan untuk mengesahkan kepala suku lokal oleh otoritas keagamaan dari Indocina utara. Berikut adalah hasil analisa pesebaran nekara yangmemperlihatkan kemungkinan pesebaran pengaruh Ðông Sơn ke arah selatan berdasarkansebaran setiap tipe nekara:
Ditulis Oleh : Annisa M Gultom