Makam Bangsawan Melayu merupakan makam keluarga Siantan, yaitu keluarga bangsawan Melayu (lokal), yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Sultan Palembang, yaitu Sultan Mahmud Badaruddin I. Lokasi pemakaman ini dahulunya merupakan bagian dari Benteng Kota Seribu. Semula terjadinya kota Muntok pada tahun 1724 – 1725 maka tidak terlepas keterkaitan dengan keberadaan makam ini, adanya penyerangan SMB I dari pulau Siantan ke kesultanan Palembang, salah satu panglima yang memimpin penyerangan tersebut adalah Kepala Negeri Siantan yang bernama Wan Akub bin Wan Awang bersama saudaranya Wan Serin. Setelah berhasilnya penyerangan tersebut oleh SMB I, Wan Akub dijadikanlah kepala pemerintahan yang pertama kali di Muntok, hal ini mengingat jasa Wan Akub terhadap penyerangan tersebut dan sekaligus beliau adalah penemu tambang timah di Pulau Bangka dengan gelar Datuk Rangga Setia Agama. Setelah itu Wan Akub digantikan oleh Wan Abdul Jabar (keturunan Liem Thau Kian) dengan gelar Datuk Dalam, yang merupakan mertua dari SMB I, karena salah satu isteri SMB I (Mas Ayu Ratu Zamnah) adalah anak Wan Abdul Jabar dari Siantan.
Di dalam kompleks pemakaman ini terdapat 8 buah makam keluarga Siantan. Seluruh makam terbuat dari batu karang yang diukir membentuk hiasan sulur-suluran. Makam berorientasi utara-selatan, masing-masing memiliki dua buah nisan. Secara umum terdapat dua tipe nisan di kompleks makam Bangsawan Melayu ini, yaitu tipe Demak-Tralaya dan tipe Aceh beserta variasinya. Ragam hias nisan dan jirat berupa hiasan tumpal, sulur-suluran dan garis-garis lengkung. Tokoh yang dimakamkan adalah: Abang Pahang, isteri Abang Pahang, Encik Wan Abdul Jabar, Encik Wan Serin, Encik Wan Akup, Abang Ismail, Abang Muhammad Tayib, dan Syeh Habib.