Unit Pemeliharaan BPCB Gorontalo melakukan kegiatan konservasi Cagar Budaya Megalitik Tadulako yang berada di Lembah Behoa Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso Sulawesi Tengah dilaksanakan selama 10 hari dari tanggal 30 September – 09 Oktober 2020. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga keterawatan Cagar Budaya melalui pembersihan mekanis kering dan basah dengan mengaplikasikan bahan tradisional berupa minyak sereh dan minyak biji mahoni yang lebih ramah lingkungan. Outcome yang ingin dicapai adalah cagar budaya yang terpelihara dengan baik, kunjungan masyarakat meningkat dan pemanfaatan cagar budaya tercapai.
Kerusakan benda cagar budaya diakibatkan oleh beberapa macam atau jenis gangguan. Antara lain lumut, hujan asam, serangan serangga, jamur, cendawan, dan mikroba. Selama ini upaya konservasi masih menggunakan pestisida, fungisida, dan insektisida sintetik seperti AC 322. Bahan tersebut merupakan bahan berbahaya dan beracun, yang menyebabkan bahaya bagi manusia yang melakukan konservasi, pengunjung, dan lingkungan sekitar benda cagar budaya sehingga dilarang digunakan untuk konservasi Balai Cagar Budaya.
Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tanaman penghasil minyak atsiri seperti minyak sereh wangi (Cymbopogon nardus) dan minyak biji mahoni (Swietenia mahogany), Keunggulan minyak atsiri sebagai bahan konservasi antara lain adalah minyak atsiri dapat difungsikan sebagai beberapa fungsi sekaligus. selain sebagai penolak serangga, minyak atsiri juga dapat berfungsi sebagai fungsi dan herbisida alami. Fungisida alami atau fungisida organik adalah fungisida yang terbuat dari bahan-bahan alami yang banyak tersedia di alam, salah satunya adalah minyak atsiri. Fungisida ini relatif lebih aman digunakan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya.