Terowongan yang terletak di Kampung Cimandala, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran ini mengambil nama Juliana dari nama seorang ratu Kerajaan Belanda, yaitu Juliana Louise Marie Wilhelmina van Oranje-Nassau yang menjadi ratu pada tahun 1948-1980 menggantikan Ratu Wilhelmina. Pada saat sekarang masyarakat lebih mengenal terowongan ini dengan nama terowongan Bengkok karena bentuk dari terowongan ini membentuk tikungan atau berbelok (Sunda: bengkok).
Terowongan Juliana dibuat dengan melubangi bukit batu, lain dengan terowongan pada umumnya yang membentuk garis lurus. Terowongan Juliana dibuat dengan membuat belokan di bagian tengahnya sehingga membentuk seperti tikungan. Dengan konstruksi seperti ini kita tidak bisa melihat antara ujung terowongan yang satu dengan ujung terowongan lainnya. Terowongan ini memiliki mulut terowongan di sisi timur laut dan barat daya. Lebar terowongan memiliki ukuran 830 cm, lebar mulut terowongan 400 cm, dan tinggi 480 cm. dari hasil pengukuran jarak antara mulut terowongan timur laut dengan barat daya memiliki panjang 127 m.
Jalan terowongan memiliki lebar 340 cm, berupa tanah perkerasan dengan batu koral, namun kondisinya sudah bercampur dengan tanah lumpur. Rel kereta api sudah tidak tersisa lagi. Terdapat saluran air di kanan dan kiri sepanjang terowongan dengan ukuran lebar 26 cm, kedalaman 30 cm.
Di dalam terowongan terdapat satu ceruk, yang terletak di dinding sisi kanan apabila datang dari arah timur laut atau sebelah kiri apabila datang dari sisi sebelah barat daya. Ceruk terbuat dari batu kali dan kapur yang diplester dan di cat putih. Ceruk memiliki ukuran lebar mulut 200 cm, tinggi 194 cm, dan kedalaman 119 cm. Ruang ceruk berbentuk persegi empat, langit-langitnya berbentuk lengkung setengah lingkaran, tidak ada hiasan yang melekat pada ceruk.