You are currently viewing Tata Kelola Air (Sistem Drainase) : Studi Kasus Candi Blandongan (Bagian 4)

Tata Kelola Air (Sistem Drainase) : Studi Kasus Candi Blandongan (Bagian 4)

Penulis : Deni Kurniawan

3. Manajemen Air dalam Sistem Drainase di Situs Blandongan

Dari hasil beberapa kegiatan uji coba (rekayasa drainase) yang sudah dilakukan, dihasilkan sistem atau rancangan tata kelola air yang dapat digunakan pada Candi Blandongan sebagai berikut:

a. Pasangan pipa saluran dari lantai candi ke saluran keliling.

Pada bagian tubuh Candi Blandongan terdapat lantai yang dilapisi stucko, yaitu campuran batu koral bulat, kapur dan pasir, yang kondisinya melesak ke arah bagian dalam sehingga membentuk cekungan. Pada saat hujan akan terjadi genangan pada bagian lantai tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut pipa PVC diameter 8” ditanam di bawah lantai dan di bagian bawah salah satu tangga kemudian dialirkan menuju saluran keliling halaman candi. Maenhool/ inlet dipasang pada titik terendah dari lantai tersebut.

b. Pasangan Pipa berlubang (bio pori) di bawah pudel bubuk bata maifeld halaman candi.

Pemasangan pipa PVC diameter 4” berlubang ini berfungsi untuk mengatasi akumulasi air tanah yang biasanya muncul di halaman dan pondasi candi. Pipa ini 180⁰ bagian atasnya dilubangi dengan jarak antar lubang 5 cm. Pipa dipasang dengan jarak per 2 m pada keliling pondasi candi di bawah pudel seluruh halaman candi. Di atas bagian pipa yang berlubang dilapisi dengan ijuk dan batu kerikil yang tujuannya untuk penyaring material pudel dan material yang lainnya agar tidak ikut mengalir ke dalam pipa. Outlet air mengarah ke saluran keliling halaman candi.

c. Saluran dan talud keliling halaman candi.

Pembuatan saluran mengelilingi sisi luar halaman maifeld candi ini berfungsi menampung pembuangan air hujan dari halaman candi yang akan masuk melalui plat beton penutup saluran yang berlubang, air tanah yang dialirkan dari pipa bio pori dan air hujan dari lantai candi bagian dalam yang dialirkan pipa. Pembuatan talud yang juga dipasang mengelilingi sisi luar halaman maifeld candi ini berfungsi meminimalisir aliran air tanah dari luar halaman candi. Talud ini juga menjadi batas maaifeld halaman candi dengan halaman existing elevasi tanah yang baru. Saluran dan talud dipasang menjadi satu kesatuan dan dibuat dengan menggunakan konstruksi beton bertulang dengan dimensi saluran 80 x 80 cm dengan ketebalan beton 12 cm. Atas rekomendasi para arkeolog saluran ini tidak boleh ditampakan, maka Saluran ini dibuat tertutup menggunakan plat beton bertulang dengan ketebalan 10 cm dan dilubangi pada bagian atasnya yang berfungsi untuk menyerap air hujan dari halaman candi. Dan kemudian pada bagian atas plat beton dilapisi dengan pasangan pudel bubuk bata sehingga saluran keliling ini tidak terlihat dari permukaan halaman candi. Dari saluran keliling ini dipasang 4 buah pipa pembuang dengan diameter 4” di keempat sudut yang berfungsi mengalirkan air menuju bangunan sumuran.

d. Bangunan sumuran dan rumah pompa

Pembutan sumur ini berfungsi sebagai sumur penampung sementara dari seluruh akumulasi air di dalam halaman candi, agar pada saluran keliling candi tidak terjadi genangan yang melebihi elevasi pipa berlubang yang dapat membuat air berbalik arah ke dalam halaman candi. Sumuran terbuat dari struktur beton bertulang dengan ketebalan 15 cm dengan dimensi 3 x 1,5 m. Elevasi dasar sumuran ini lebih dalam ±2 m daripada elevasi dasar saluran keliling candi. Sumuran ini dibuat 4 buah untuk mengantisipasi jika terjadi hujan dengan intensitas yang sangat tinggi agar genangan air mampu diatasi secara maksimal. Dalam bangunan sumuran ini juga terdapat rumah pompa yang juga dibuat di bawah permukaan tanah existing. Atas rekomendasi Arkeolog sumuruan juga ditutup dengan menggunakan plat beton dan ditimbun tanah yang ditanami rumput sehingga sumuran tidak nampak dari permukaan. Namun pada bagian rumah pompa dibuat agak menonjol diatas permukaan tanah existing dan tutup plat beton dari rumah pompa tersebut nampak dipermukaan yang fungsinya akses untuk pemeliharaan pompa dan pembersihan sumuran. Kemudian dari rumah pompa dipasang 4 buah pipa pembuang PVC diameter 8”, 2 buah menuju kolam retensi, dan 2 buah menuju saluran sawah.

e. Kolam Retensi (Embungan)

Pembuatan kolam retensi ini berfungsi sebagai kolam resapan dan juga sebagai kolam penampung sementara. Apabila kolam ini penuh, air akan mengalir secara otomatis ke area persawahan. Salah satu alasan dibuatnya kolam retensi ini adalah adanya penolakan dari petani atas pembuangan air tanah dari halaman candi, yang memiliki kadar garam yang tinggi ke sawah yang mengakibatkan kurang baiknya pertumbuhan tanaman padi mereka. Pada saat musim panas kolam ini hanya akan berfungsi sebagai kolam resapan karena air yang dibuang ke kolam hanyalah air tanah, mengingat area kolamnya cukup luas sehingga air tidak akan meluap. Pada musim hujan volume air yang dibuang dari sumuran sangat besar dan ketika kolam retensi meluap dengan otomatis akan membuang airnya ke area sawah, akan tetapi air yang terbuang ke sawah tersebut adalah sebagian kecil air tanah yang telah berasimilasi dengan sebagian besar air hujan. Maka air yang terbuang ke sawah sebagian besar adalah air hujan. Dengan dibuatnya kolam retensi ini dapat mengatasi permasalahan dengan lingkungan sekitar.

f. Bak Pemecah Arus.

Bak pemecah arus ini berfungsi memecah arus air yang keluar dari pipa outlet kolam retensi agar air yang mengalir ke sawah dalam keadaan terkendali sehingga arus air tidak merusak tanaman padi. Bak pemecah arus ini terbuat dari pasangan bata dengan ukuran bak 1 x 2 m.

*Diambil dari artikel pada Buletin Kalatirta Volume 7 Tahun 2019