You are currently viewing Tata Kelola Air (Sistem Drainase) : Studi Kasus Candi Blandongan (Bagian 2)

Tata Kelola Air (Sistem Drainase) : Studi Kasus Candi Blandongan (Bagian 2)

Penulis : Deni Kurniawan

Candi Blandongan adalah salah satu candi yang terdapat di Komplek Percandian Batujaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Candi Blandongan merupakan candi berbahan bata berukuran 25 X 25m dengan tinggi ± 2,5 m. Candi ini sudah mengalami proses pemugaran yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2014, dan penataan candi dimulai tahun 2015 sampai dengan 2018.

Perencanaan sistem drainase di Situs Candi Blandongan dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu:

  1. Mengidentifikasi Faktor-Faktor Penghambat Dalam Perencanaan Sistem Drainase
  2. Melakukan Rekayasa Drainase
  3. Manajemen Air

 

  1. Mengidentifikasi Faktor-Faktor Penghambat Dalam Perencanaan Sistem Drainase

Dalam perencanaan tata kelola air (sistem drainase) di Situs Candi Blandongan, terdapat beberapa permasalahan yang sangat mempengaruhi pada rancangan desain dan sistem yang digunakan, yaitu:

a. Topografi

Candi Blandongan berada tidak jauh dari daerah aliran sungai Citarum, yang terbentang mulai hulu di Kabupaten Bandung dan bermuara di perbatasan antara Kabupaten Bekasi dengan Kabupaten Karawang, yang memiliki siklus banjir tahunan. Lokasi Candi Blandongan berada di tengah-tengah area persawahan yang digarap oleh masyarakat sekitar dengan sistem pengairan irigasi dari sungai Citarum. Kondisi ini seperti dua sisi mata uang yang saling bertolak belakang, di satu sisi air merupakan anugerah dan menjadi hal yang begitu penting untuk menunjang area persawahan. Disisi lain di dalam area Candi Blandongan, air menjadi sebuah masalah yang harus diselesaikan mengingat elevasi maifeld (permukaan tanah purba sebagai sebagai tempat berlangsungnya kegiatan manusia masa lalu) halaman Candi Blandongan kurang lebih -0.70 m di bawah permukaan air sawah, sehingga air tanah selalu merembes dan menggenangi halaman maifeld candi disekitar kaki-kaki pondasi candi.

b. Sosial Budaya

Candi Blandongan terletak di daerah Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa dikelilingi area persawahan, dimana persawahan di sekitar Pantura memiliki topografi yang relatif datar, sehingga pembuangan air dari halaman candi tidak dapat dilakukan tanpa bantuan mekanis. Mengingat area sekitar halaman candi yang berupa persawahan, maka muncul inisiatif untuk membuang air dari halaman langsung menuju sawah untuk membantu pengairan di sawah. Akan tetapi kondisi air pada permukaan maifeld halaman Candi Blandongan ternyata mempunyai kadar garam yang tinggi, sehingga membuat pertumbuhan padi menjadi terhambat/ tidak bagus. Tanaman padi yang berinteraksi langsung dengan air buangan tersebut kemudian mengering, sehingga terjadi penolakan dari para petani yang terkena dampak pembuangan air dari halaman candi langsung ke sawah.

c. Intensitas Curah Hujan

Maifeld halaman Candi Bandongan berada di bawah elevasi permukaan tanah sekitarnya, apabila terjadi hujan dengan intensitas yang sangat tinggi maka akan menyebabkan timbulnya genangan air hingga ketinggian 13 lapis bata candi. Kondisi ini menjadi masalah penting yang harus diperhatikan dalam membuat rancangan drainase yang tepat sasaran.

*Diambil dari artikel pada Buletin Kalatirta Volume 7 Tahun 2019