Sisa-sisa kejayaan Pabrik Teh Taraju, Tasikmalaya

Bangunan Pabrik Teh Taraju secara administratif terletak di Desa Raksasari, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya. Bentang alam secara keseluruhan berupa daerah perbukitan dan sejauh mata memandang hanya berupa pemandangan tanaman teh. Pabrik Teh Taraju berada pada ketinggian dpl 952 m. Adapun batas bentang alam bangunan adalah bangunan dikelilingi tanah perbukitan sebagai lahan kebun teh dengan batas utara merupakan kebun teh dan jalan raya.

Pabrik teh Taraju
Pabrik teh Taraju

Konstruksi bangunan didominasi oleh bahan tulangan besi, seng, dengan dinding plesteran cor/semen. Kondisi bangunan sangat tidak terawat mengingat bangunan ini telah lama tidak beroperasi lagi. Tampak depan bangunan, bagian kiri dilengkapi susunan ventilasi kaca berukuran 1 m x 2 m yang berfungsi sebagai penerangan (cahaya) dan komponen facade yang ditopang dengan 3 tiang besi setinggi 4 m. Pada bagian muka bangunan, bagian kanan juga dilengkapi ventilasi kaca memenuhi dinding. Komponen ventilasi bentuk isian kotak–kotak kaca tersebut berukuran rata-rata 40 cm x 50 cm. Akses masuk ke ruangan 1 berupa 1 pintu bahan besi terdiri atas 2 daun pintu. Kedua daun pintu tersebut masing- masing berukuran 1 m x 2,1 m.

Detail ventilasi
Detail ventilasi

Atap berbentuk atap kampung bahan penutup seng ditopang dengan rangka besi. Bangunan terdiri atas 3 lantai. Lantai pertama bahan dari dominasi tegel abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. Sedangkan lantai kedua dan ketiga lantai merupakan susunan lembaran kayu yang sekaligus berfungsi sebagai penutup plafon pada ruangan di bawahnya. Denah bangunan memiliki bentuk empat persegi panjang dengan dimensi 86,4 m x 21,3 m. Bangunan terbagi ke dalam 3 tingkat (ruangan). Ruangan I memiliki ukuran tinggi 4,50 m, sedangkan ruangan 2 dan 3 setinggi sekitar 2,5 m.

Pada ruang pertama menuju ke ruang kedua terdapat tangga terbuat dari bahan lembaran kayu dengan pegangan bahan besi. Lembaran kayu tebal 5 cm dan panjang 1,50 m. Sedangkan pegangan terbuat dari bahan besi tersebut berdimensi 4 cm x 4 cm. Pada bagian luar (dinding barat) terdapat komponen konstruksi besi berfungsi sebagai pembuang debu.

Komponen ventilasi udara dan pembuangan debu
Komponen ventilasi udara dan pembuangan debu

Komponen lain yang cukup menarik adalah lantai pada ruangan 1 yang terbuat dari bentukan batu alam (andesit) berukuran 30 cm x 30 cm setebal 2 cm- 3 cm. Bangunan tinggalan kolonial tersebut tentu memiliki hubungan historis, yakni dibangun pada masa- masa yang bersamaan.

Latar Belakang Sejarah
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta.

Pada tahun 1826, tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.

Sejak itu pula perkebunan teh di Jawa Barat berkembang semakin luas, terutama di wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya.

Perkebunan teh di daerah Taraju, Kabupaten Tasikmalaya berkembang pesat setelah munculnya pabrik pengolahan teh di Desa Raksasari pada Masa Pemerintahan Belanda. Pabrik teh Taraju dibangun pada tahun 1909 oleh pemerintah Belanda. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan komoditi ekspor hasil perkebunan dari wilayah Jawa Barat. Setelah Indonesia merdeka, pabrik inipun akhirnya dikuasai oleh Pemerintah Indonesia.