Petilasan Dipati Ukur berada di Kelurahan Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, dengan ketinggian 1590 m di atas permukaan laut. Luas lahan 125 m² dan luas bangunan 4,90 x 4, 75 m.
Dipati Ukur adalah seorang wedana Bupati Priangan wilayah Bandung yang memerintah pada awal abad ke-17. Wilayah kekuasaannya meliputi wilayah Sumedang, Sukapura, Bandung, Limbangan serta sebagian Cianjur, Karawang, Pamanukan, dan Ciasem. Dipati Ukur pernah melakukan pemberontakan terhadap raja Mataram Sultan Agung namun bisa dilumpuhkan pada tahun 1632 setelah Mataram dibantu oleh beberapa pemimpin Priangan. Jabatan Wedana Bupati Priangan selanjutnya diserahkan kembali kepada Rangga Gede.
Dalam cerita rakyat, Dipati Ukur sangat terkenal sebagai salah seorang pengembang ajaran Islam di daerah Bandung. Beliau diyakini memiliki beberapa tempat persinggahan dalam rangka penyebaran ajaran Islam yang sering dikenal sebagai petilasan, salah satunya adalah petilasan di dekat Situ Cisanti di desa Tarumajaya, kecamatan Kertasari.
Petilsan Dipati Ukur di Cisanti sering dikunjungi oleh orang yang sengaja menyempatkan diri datang untuk melakukan ziarah. Kebiasaan ziarah di tempat ini dilakukan dengan bantuan jasa kuncen yang menjaga petilasan.
Petilasan Dipati Ukur berada di lereng selatan gunung Wayang dimana di kawasan ini merupakan sumber air dari sungai Citarum. Beberapa sumber air yang ada di sini ditampung di sebuah danau yang dikenal dengan nama situ Cisanti. Petilasan Dipati Ukur berbentuk seperti makam, orientasinya pada arah utara-selatan. Bentuk petilasan persegi panjang dengan ukuran panjang 490 cm dan lebar 175 cm, pada sisi utara dan selatan dipasang masing-masing satu batu alam sehingga menyerupai batu nisan seperti nisan makam pada umumnya. Adapun jiratnya telah dikeramik, bagian dalam dikeramik dengan warna biru sedangkan bagian luar dikeramik dengan warna hitam. Di antara keramik warna hitam dan biru dipasang pagar BRC.
Selain makam, di area petilasan Dipati Ukur juga terdapat saung yang dimanfaatkan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung yang akan berziarah di tempat ini. Di lingkungan ini banyak ditumbuhi tanaman tropis bercurah hujan tinggi seperti pohon kihujan, tebe, kaliandra, hanjuang, saninten, cerem, karinyu dan lain-lain.