Mitigasi Bencana Caga Budaya (2)

Oleh : Wahyul Falah, S.T.

Potensi Bencana, Kerentanan, Kapasitas dan Resiko

Potensi ancaman bencana yang utama untuk Kawasan Percandian Batujaya yaitu ancaman bencana banjir. Banjir yang pernah terjadi di kawasan ini bukan karena dampak meluapnya sungai citarum tetapi karena faktor curah hujan yang sangat tinggi dan biasanya tidak berlangsung lama karena air akan cepat meresap ke dalam tanah dan ke saluran irigasi. Banjir yang terjadi pada umumnya di selatan Desa Segaran dengan batas Saluran Irigasi dan jalan raya Batujaya – Pakisjaya.Banjir tersebut disebabkan oleh meluapnya Sungai Citarum, sedangkan untuk sebelah utara banjir lebih disebabkan karena curah hujan yang tinggi.

Banjir adalah suatu kejadian saat air menggenangi daerah yang biasanya tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume air yang dapat ditampung dalam sungai, danau, rawa, drainase, maupun saluran air lainnya pada selang waktu tertentu. Faktor utama yang mempengaruhi banjir adalah intensitas curah hujan dan lamanya hujan terjadi. Kondisi topografi, kondisi tanah, serta kondisi tutupan lahan juga memberikan pengaruh yang besar terhadap kejadian banjir.

Potensi ancaman bencana yang pernah terjadi di kawasan Batujaya selain banjir, yaitu angin puting beliung. Angin puting beliung merupakan sebuah kejadian alam yang cukup berbahaya meskipun pada umumnya kejadiannya cukup singkat dan berada dalam area skala yang sangat lokal tetapi angin puting beliung ini berkecepatan tinggi, berkisar 63 – 90 kilometer/jam. Angin puting beliung juga tidak memiliki siklus karena sangat jarang terjadi susulan di lokasi yang sama.

Kerentanan

Kerentanan bencana dalam Cagar Budaya adalah kelemahan-kelemahan yang dialami Cagar Budaya dalam menghadapi datangnya bencana. Kerentanan tersebut bisa dilatarbelakangi oleh kondisi fisik, lokasi, faktor ekonomi, sosial, teknologi, manajemen dan lingkungan yang menyebabkan ketidakmampuan cagar budaya menghadapi ancaman bahaya.

Kerentanan lokasi dalam hal ini keletakan cagar budaya, baik dari segi topografi maupun peruntukan lahan pada wilayah tertentu sangat mempengaruhi kerentanannya terhadap bencana. Kawasan percandian Batujaya yang berlokasi didaerah dataran rendah pantai dan alluvial memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bencana banjir. Candi Blandongan terletak diarea persawahan dan pemukiman, setelah dilakukan penggalian letak candi blandongan memiliki titik terendahnya adalah 3 meter di bawah permukaan tanah. Apabila musim hujan dan debit air laut naik maka candi tersebut akan terendam sampai 1 meter dari permukaan tanah sesuai banjir didaerah tersebut yang letaknya rendah karena Karawang berdekatan dengan laut bahkan persawahan dan pemukiman disekitarnya akan mengalami banjir.

Kerentanan fisik, antara lain dari sifat cagar budaya yaitu bahan pembentuk cagar budaya yang terbuat dari bahan bata. Sebagaimana sifat bata yang tidak sekuat batu andesit, keberadaan air yang berlebihan dan terdapat kontak langsung dengan bata merupakan faktor yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas materi penyusunnya karena memicu proses pelapukan berupa penggaraman dan munculnya agen pelapuk seperti algae, moss, dan lichens. Kondisi tersebut diperparah dengan beda tinggi antara maifeld (permukaan tanah purba sebagai tempat berlangsungnya kegiatan manusia masa lalu) candi yang rendah dibanding dengan permukaan sawah sehingga menyebabkan keberadaan candi dalam cekungan yang sering terisi air dari akumulasi air yang merupakan rembesan dari lingkungan persawahan sekitarnya.

Kapasitas / Kemampuan

Kapasitas menggambarkan kemampuan suatu daerah / wilayah dalam menghadapi bencana. Kapasitas disini dapat berupa kemampuan kelembagaan, peringatan dini dalam menghadapi bencana, pendidikan masyarakat, mitigasi dan kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana. Dibutuhkan sebuah peta kapasitas suatu wilayah dalam menghadapi bencana.

Di daerah Kawasan percandian

Batujaya sendiri sudah mempunyai kemampuan sendiri dalam menghadapi bencana khusunya bencana banjir, meskipun belum sepenuhnya optimal. Diantara kapasitas yang dimiliki pada kawasan percandian batujaya yaitu memiliki pompa kapasitas 8 m3/jam yang dapat digunakan untuk menyedot air genangan di kawasan percandian batujaya untuk di alirkan keluar situs. Disamping kapasitas alat, juga terdapat juru pelihara dan masyarakat sekitar situs yang siap siaga dalam menghadapi bencana tetapi masih perlu adanya pelatihan dan pembekalan yang khusus dalam menghadapi datangnya bencana.

Setelah mengetahui resiko bencana terhadap cagar budaya, hal yang harus dilakukan adalah melakukan tindakan untuk mengurangi resiko bencana tersebut. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kerentanan dan menambah kapasitas pada cagar budaya tersebut.Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko bencana diantaranya dengan melakukan pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi juru pelihara dan masyarakat sekitar serta membuat regulasi managemen bencana dan standar operasional prosedur dalam menghadapi bencana.

Strategi mitigasi bencana banjir yang terjadi di Kawasan percandian Batujaya secara umum dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: mitigasi stuktural dan mitigasi non struktural.

1. Mitigasi Struktural

Perbaikan dan peningkatan tembok dan tanggul di sepanjang saluran irigasi.

Pengerukan sungai batas desa menuju saluran irigasi.

Perbaikan dan normalisasi drainase di sekeliling candi.

Penambahan fasilitas pompa air portabel.

Penyediaan peralatan dan fasilitas pertolongan dan evakuasi bahaya banjir.

Pemasangan rambu, tanda-tanda peringatan bahaya dan informasi yang lengkap.

 2. Mitigasi Non Struktural

Pembentukan kelompok kerja yang beranggotakan dinas instansi terkait di tingkat kabupaten Karawang sebagai satuan pelaksana untuk melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja atas upaya non fisik penanganan mitigasi banjir.

Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir sehingga dapat berfungsi sesuai rencana.

Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir dan daerah genangan untuk identifikasi daerah rawan banjir.

Menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan plotting rute jalur evakuasi dan lokasi pos pengungsian.

Perencanaan dan penyiapan SOP untuk kegiatan tanggap darurat yang dibuat secara detail dan menyeluruh.

Membuat program pelatihan simulasi mitigasi bencana banjir di Kawasan Percandian Batujaya secara periodik yang melibatkan masyarakat dan stake holder pelestari cagar budaya.

Meningkatkan peran serta masyarakat dan kerja sama yang solid dengan kelompok sosial di sekitar Kawasan Percandian Batujaya. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama lintas sektor untuk memaksimalkan mitigasi bencana pada cagar budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Pribadi, S. Krisna. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung: Pusat Mitigasi Bencana ITB.

Tim BPCB Serang. 2015. Deliniasi Kawasan Cagar Budaya Batujaya. Serang: BPCB Serang.

Hasan Djafar. 2010. Kompleks Percandian Batujaya: Rekonstruksi Sejarah Kebudayaan Daerah Pantai Utara Jawa Barat. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Anonim. 2018. Kecamatan Batujaya Dalam Angka 2018. Karawang: Badan Pusat Statistik Kab. Karawang.

Tim BPCB Banten. 2018. Mitigasi Bencana Batujaya Kabupaten Karawang. Serang: BPCB Banten.

Hizbaron, Dyah Rahmawati. 2016. “Manajemen dan Penanganan Teknis Pencegahan Mitigasi Bencana Pada Cagar Budaya” Makalah. Disampaikan pada Workshop Mitigasi Bencana pada Cagar Budaya. Borobudur, 4 Oktober 2016.

Mardiatno, Djati. 2016. “Metode Identifikasi dan Evaluasi Resiko Bencana” Makalah. Disampaikan pada Workshop Mitigasi Bencana pada Cagar Budaya. Borobudur, 4 Oktober 2016.

https://kebudayaan.kemdikbud. go.id/ditpcbm/pemahaman-tentang-vulnerability-pada-cagar-budaya