Masjid Taraju secara administratif terletak di Desa Deudeul, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya. Masjid Taraju disebut juga dengan Masjid Jami’ Al- Hidayah. Bangunan ini biasa digunakan sebagai tempat untuk melakukan sholat Jumat, sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun batas-batas bentang lahan bangunan masjid adalah di sebelah utara dibatasi oleh pemukiman penduduk, di sebelah selatan dibatasi oleh Kantor Kelurahan Deudeul dan pemukiman penduduk, di sebelah barat (tepat di belakang masjid) dibatasi oleh bangunan pondok pesantren yang sekarang tidak berfungsi lagi, di sebelah timur berbatasan dengan areal alun- alun dan Jalan Raya Garut – Tasikmalaya.
Kekunaan bangunan Masjid Taraju terlihat dari bentuk arsitektur dan sebagian struktur yang terlihat masih asli. Arsitektur bangunan memiliki kemiripan dengan dengan bangunan Masjid Manonjaya, yang juga berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, yang dibangun pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan dapat dilihat dari adanya 2 menara di bagian facade depan dan gaya arsitektur yang tampak sekali memakai gaya arsitektur Indis, yakni gaya hasil perpaduan antara budaya lokal dengan budaya Eropa.
Komponen yang mencirikan kekunoan pada Masjid Taraju dapat juga diamati dari pola tata ruang makro. Hal ini terlihat dari adanya komponen bangunan yang lazim dijumpai pada pola tata kota kuno masa Islam.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemuka masyarakat setempat, diperoleh keterangan bahwa daerah ini awalnya merupakan pusat ibukota Kecamatan Taraju sekitar awal abad ke–20. Setelah ibukota kecamatan Taraju pindah tempat, lokasi ini digunakan sebagai pusat Kelurahan Deudeul, dengan posisi alun- alun dan masjid sesuai letak semula.
Bangunan Masjid Taraju menempati lahan seluas 22 m x 29,80 m dengan luas bangunan 15,20 m x 19 m. Atap menara berbentuk kerucut. Sedangkan atap bangunan utama merupakan hasil rehab tahun 2010. Pada awalnya, bentuk atap menara merupakan tumpang tiga dan sekarang telah diganti dengan bahan atap cor dag. Pada bagian tiap sudut atap dag tersebut dilengkapi dengan 4 menara semu.
Menurut informasi, bangunan masjid telah mengalami 2 kali perbaikan. Tahap pertama yakni pada tahun 1986 dan tahap kedua yakni tahun 2010. Hasil renovasi tahun 1986 salah satunya adalah penggantian teras dengan bahan teras dag. Keseluruhan komponen penutup pintu dan jendela merupakan komponen baru. Struktur pintu dan jendela, keaslian terletak pada bagian kusen. Jendela berukuran 145 cm x 90 cm dan pintu berukuran 80 cm x 230 cm. Kedua komponen kusen tersebut memiliki 2 penutup (daun).
Dinding bangunan memiliki ketebalan mencapai 30 cm di bagian depan dilengkapi 2 menara. Menara tersebut memiliki 3 tingkat dengan akses menggunakan tangga bahan kayu. Ruangan menara memiliki bentuk segi delapan. Masing–masing ruangan memiliki dimensi: ruangan 1 dengan tinggi 3,80 m, menara 2 setinggi 3,10 m, dan ruang menara 3 setinggi 2,60 m.
Pada saat dilakukan pendataan, terlihat pada bagian lantai telah diganti dengan keramik baru warna putih berukuran 40 cm x 40 cm dengan variasi keramik warna hitam. Pada awalnya material lantai merupakan bahan tegel warna merah marun berukuran 20 cm x 20 cm. Bukti keberadaan sisa tegel masih dapat dijumpai pada bagian luar sisi kiri masjid (barat daya masjid). Pada bagian dinding luar juga masih terlihat adanya dinding asli, yakni struktur masonry.
Menurut hasil informasi dari ketua takmir masjid, di depan bangunan masjid dahulu pernah terdapat kolam kuno. Kolam ini merupakan tempat untuk bersuci (wudlu) ketika hendak melakukan sholat. Kolam tersebut berjumlah 2 buah sedalam sekitar 70 cm dengan sumber air yang mengalir. Kondisi kolam sekarang telah ditutup dengan urugan tanah. Untuk membuktikan, tentunya harus dilakukan kajian secara lebih detail.
Masjid Taraju dibangun pada tahun 1942 oleh H. Safe’i, Beliau merupakan penyebar agama Islam pertama di wilayah Kecamatan Taraju. Beliau juga mendirikan pesantren yang terletak di belakang (barat) masjid. Namun sekarang pondok pesantren telah tidak aktif lagi.