Keraton Kasepuhan
Terletak di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon. Pada awalnya, Keraton Kasepuhan bernama Keraton Pakungwati yang didirikan pada tahun 1529 M (1451 S) oleh Pangeran Mas. Setelah Kesultanan Cirebon terbagi dua, maka Pakungwati berganti menjadi Keraton Kasepuhan di bawah pimpinan Pangeran Mertawijaya yang bergelar Sultan Sepuh Mohammad Syamsudin Mertawijaya.
Keraton Kasepuhan adalah keraton tertua di Cirebon. Keraton ini merupakan perkembangan dari Keraton Pakungwati. Pintu gerbang utama memasuki kompleks keraton berada di sebelah utara dan selatan kompleks. Gerbang utara disebut kreteg pangrawit berupa jembatan, sedangkan di sebelah selatan disebut lawang sanga atau pintu sembilan. Pada halaman keraton terdapat dua patung singa putih, meriam, dan patung nandi. Dalam kompleks keraton Kasepuhan ini terdapat beberapa bangunan, antara lain bangunan induk, pancaratna, pancaniti, sitinggil,paseban pengada, langgar agung, dan sri manganti.
Pancaratna
Bangunan pancaratna berada di barat jalan masuk ke keraton. Bangunan ini merupakan bangunan terbuka, berdenah persegi, beratap joglo dan disangga oleh 16 tiang, yakni 12 tiang terletak di luar berbentuk bulat dengan dasar berbentuk segi empat, dan 4 saka guru. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk menghadap wedana keraton.
Pancaniti
Bangunan berdenah bujur sangkar, beratap limas dengan memolo di puncaknya. Bangunan ini disangga oleh 14 buah tiang luar dan 4 saka guru. Berfungsi sebagai tempat perwira melatih prajurit dalam latihan perang dan sebagai tempat menonton pertunjukkan.
Sitinggil
Sitinggil berada di timur jalan masuk dan kedudukannya lebih tinggi dari bangunan lainnya, sekitar 1 meter. Untuk memasuki sitinggil terdapat dua pintu gerbang bentar di utara yang disebut gapura benteng dan di selatan disebut gapura adi. Di dalam sitinggil yang dibatasi oleh tembok dari susunan bata yang dihias dengan keramik Eropa ini, terdapat beberapa bangunan, yaitu semar tinandu sebagai tempat duduk penasehat sultan; malang semirang yang terletak di bagian tengah depan, berupa bangunan terbuka dengan atap joglo yang disangga 14 tiang luar dan 6 tiang di tengah, berfungsi sebagai tempat sultan; mande pengiring sebagai tempat kerabat sultan, terletak di sebelah barat daya malang semirang; mande karesmen merupakan tempat dibunyikannya gamelan; dan terdapat lingga-yoni di selatan sitinggil.
Bangunan induk
Bangunan memanjang dari utara ke selatan, terbagi atas enam ruangan, yaitu:
• Jinem pangrawit, merupakan ruang terdepan yang dipergunakan sebagai tempat orang-orang kepercayaan raja. Arah hadap bangunan ke utara dan merupakan ruangan semi terbuka, pintu terdapat di sisi selatan, adapun sisi timur dan barat bertembok
• Gajah guling adalah bangunan teras terbuka yang menghubungkan jinem pangrawit dengan bangsal pringgondani
• Bangsal pringgondani, yakni bangunan tempat untuk menghadap sultan, berdenah persegi panjang dan atapnya disangga oleh 4 tiang saka guru
• Bangsal prabayaksa, berdenah persegi panjang dan atapnya disangga oleh 8 tiang berjejer dari barat ke timur. Pada sisi selatan terdapat 6 tiang yang letaknya di atas serambi muka bangsal agung, sedangkan alasnya lebih tinggi dari bangsal prabayaksa
• Bangsal agung, terletak di selatan prabayaksa. Bangsal ini berfungsi khusus untuk Gusti Panembahan bila hendak memberi perintah kepada menterinya. Di depan bangsal Agung terdapat tangga dengan lima anak tangga dimana pada pipi tangga dihias dengan motif empat bunga teratai merah
• Bangsal pamungkur, adalah bangsal terbuka sebagai tempat menyimpan tandu untuk membawa sesajian.
Di sebelah barat bangunan induk terdapat pintu bacem sebagai jalan masuk sisi barat bangunan induk, langgar alit, keputren dan pemburat, sedangkan di sisi timur terdapat bangunan jinem arum, kaputran, dan taman sari.
Langgar agung
Langgar ini dikelilingi tembok keliling dan bangunannya menghadap ke timur. Langgar terdiri dari bangunan utama berdenah persegi empat, beratap tumpang dua dan puncaknya dihiasi dengan memolo. Di depan bangunan induk atau sebelah timurnya terdapat serambi berdenah persegi panjang, atap berbentuk pelana. Langgar agung dilengkapi pula dengan bangunan terbuka sejenis gardu, yang dipergunakan sebagai tempat menyimpan bedug. Bangunan beratap limas dan disangga oleh delapan tiang. Langgar agung disebut juga dengan nama Masjid Pangjang Jimat dan digunakan sebagai tempat shalat para kerabat keraton.
Singabrata
Bangunan berdenah persegi panjang, beratap joglo dan terletak di tenggara langgar. Bangunan berbentuk semi terbuka dimana sisi timur menempel pada tembok keliling keraton.
Paseban pengada
Bangunan yang terletak di sebelah selatan sitinggil ini menghadap ke barat dan terdiri dari dua bangunan. Denah bangunan berbentuk bujur sangkar, beratap joglo dan merupakan bangunan terbuka. Tiang penyangga terdiri dari dua belas tiang luar dan empat saka guru. Kedua bangunan memiliki ukuran yang berbeda, bangunan pengada I lebih kecil dari bangunan pengada II. Kedua bangunan ini berfungsi sebagai ruang jaga.
Sri manganti
Bangunan berdenah bujur sangkar, menghadap ke barat dan merupakan bangunan semi terbuka. Bangunan beratap joglo yang disangga oleh sepuluh tiang luar, dua belas tiang tengah, dan empat saka guru. Pada dinding sisi timur terdapat pintu di bagian tengah.
*Diambil dari Khasanah Budaya Jawa Barat, terbitan BPCB Serang