Secara administrasi lokasi Gua Panggung berada di Dusun Selakambang, Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Gua Panggung juga merupakan gua bentukan alam yang berada di perbukitan karst. Pemberian nama Gua Panggung oleh masyarakat setempat dikarenakan di dalam gua tersebut terdapat stalakmit besar yang menyerupai panggung.
Gua Panggung ini memiliki dua buah mulut gua yang menghadap ke arah barat laut dan arah timur. Ukuran mulut gua yang berada di sebelah barat laut memiliki lebar ± 18 meter dan tinggi ± 19,20 meter, sedangkan mulut gua sebelah timur memiliki ukuran lebar ± 23,94 meter dan tinggi ± 15,78 meter. Selain itu Gua Panggung juga memiliki panjang gua sekitar ± 115,95 meter dan Gua Panggung memiliki denah seperti huruf “L”.
Kondisi saat ini di depan mulut gua sebelah barat laut terdapat tiga buah lubang galian liar, sedangkan di dalam gua terdapat sekitar tujuh buah lubang bekas galian liar. Lubang-lubang galian liar ini di buat oleh masyarakat setempat yang mempercayai berita mengenai adanya harta karun yang tertimbun di dalam Gua tersebut.
Kondisi dalam Gua agak basah dengan terdapatnya beberapa genangan air yang berasal dari stalaktit-stalaktit gua, hal ini yang menyebabkan kita harus selalu berhati-hati dalam melangkah. Yang menarik dalam gua ini adalah adanya stalakmit besar yang berada di dinding sisi utara dan oleh masyarakat di sebut “panggung” yang akhirnya menjadi nama gua tesebut, selain itu di dekatnya juga terdapat sebuah stalakmit yang lebih kecil dan memiliki tonjolan-tonjolan yang oleh para masyarakat setempat dianggap sebagai wayang-wayang golek yang belum dimainkan.
Sedangkan pada dinding sebelah selatan banyak bongkahan-bongkahan batu yang berasal dari reruntuhan gua. Kemudian di dekat mulut gua sebelah timur terdapat sebuah lubang besar yang cukup dalam yang dimana pada sisi-sisi lubang tersebut banyak terdapat batu-batu runtuhan gua. Kemudian di sebelah selatan dari mulut gua sebelah timur terdapat sebuah stalakmit yang dapat menimbulkan bunyi saat dipukul dan oleh masyarakat setempat dinamakan sebagai “batu goong”.
Berdasarkan survey permukaan tanah yang dilakukan oleh tim BPCB Banten, ditemukan adanya gejala temuan arkeologis yang berupa pecahan gerabah; temuan Kjokkenmoddinger (sampah dapur dalam bahasa Denmark), sampah dapur ini berupa tumpukan fosil kulit kerang dan siput; dan arang.
Selain temuan-temuan berdasarkan survey permukaan tanah, tim juga mencoba melakukan survey pada galian-galian liar yang berada di Gua Panggung, saat melakukan survey pada lubang galian liar, ternyata pada lubang galian liar di mulut gua sebelah barat laut pada dinding barat banyak ditemukan temuan dugaan arkeologis berupa fragmen tulang hewan;fosil gigi taring;alat batu;pecahan gerabah. Berdasarkan temuan-temuan diatas diduga Gua Panggung dahulunya merupakan gua hunian dari masa prasejarah.