Perubahan wajah Bandung dari sebuah kota kecil menjadi kota yang tertata rapi dan indah terjadi sejak tahun 1915, hal ini terjadi seiring dengan perpindahan pusat militer dari Batavia ke Bandung sejak tahun 1898, serta persiapan untuk menjadikan Bandung sebagai ibukota pemerintahan Hindia Belanda. Sejak itulah bangunan-bangunan monumental yang indah mulai dibangun di Bandung.
Sekitar tahun 1920-an, bersamaan dengan pembangunan “Gedung Sate”, Dinas Bangunan dan Dinas Teknik Gemeente Bandung membangun perumahan untuk masyarakat Eropa. Perumahan tersebut terdapat di daerah dimana jaringan jalannya diberi nama dengan nama-nama pulau dan kota di Indonesia, yakni Jalan Banda, Jalan Lombok, Jalan Kalimantan, Jalan Sumatera, Jalan Jawa, dan lain-lain. Pada masa itu, kompleks tersebut merupakan pusat kegiatan masyarakat Eropa, sehingga disebut “Europeesche Zakenwijk”.
Selain di kawasan itu, pemukiman baru untuk masyarakat Eropa juga dibangun di ‘Oranje Plein” (sekarang Jalan Riau), yang diperuntukkan bagi golongan elit Eropa. Beberapa bangunan di daerah tersebut difungsikan sebagai rumah sewa, yang biasanya disewa oleh wisatawan yang ingin tinggal sementara waktu di kota Bandung. Kompleks rumah sewa tersebut dikenal dengan nama “Lux Vincent” hal itu dikarenakan kata-kata tersebut terdapat pada dinding rumah sewa bagian depan.
Saat ini, kawasan yang dahulu merupakan daerah hunian orang Eropa berubah menjadi kawasan perkantoran Militer. Hampir semua bangunan yang memiliki karakteristik sebagai bangunan cagar budaya di kawasan militer di Kota Bandung ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Meskipun ada perubahan tetapi tidak terlalu banyak. Sangat mudah menemukan bangunan dengan gaya arsitektur Indis di kawasan ini.
Paleis van de Leger Commandant yang dibangun pada tahun 1918, merupakan kediaman Panglima Tentara Hindia Belanda di Bandung, yang saat ini menjadi Markas Komando Daerah Militer III Siliwangi. Dahulu bangunan ini terletak di Menadostraat yang saat ini diubah menjadi Jalan Aceh. Bangunan ini merupakan hasil rancangan Ir. C.P. Wolff Schoemaker. Arsitektur bangunan ini sangat unik, terkesan kokoh dan kuat. Bangunan ini menggunakan gaya arsitektur Cubism, dengan ciri-ciri sudut-sudut bangunan berbentuk lancip. Meskipun pada masa itu gaya arsitektur seperti ini mulai digemari di negeri Belanda, namun di Hindia Belanda sangat tidak lazim, dikarenakan pada saat itu arsitektur bangunan di Hindia Belanda masih berorientasi pada gaya Indisch Architectural dan Rome style (melengkung pada sudut-sudut bangunan). Bangunan Paleis van de Leger Commandant mempunyai sudut-sudut yang tajam dan memberi kesan keras. Ornamen yang memberi kesan lembut pada bangunan ini hampir tidak ada, karena semua ornamennya berupa garis-garis tegas. Mungkin untuk memberi kesan bahwa bangunan ini berhubungan dengan militer yang bersifat tegas.
Bangunan lain di kawasan ini yakni Departement van Oorlog, yang dibangun pada tahun 1915, merupakan hasil rancangan R.L.A. Schoemaker. Pada saat ini difungsikan sebagai Detasemen Markas KODAM III Siliwangi. Semula, nama jalan tempat bangunan ini berada bernama Borneostraat namun sekarang menjadi Jalan Kalimantan. Bangunan ini bergaya arsitektur klasik Eropa. Tidak tampak adanya penerapan unsur lokal pada bangunan ini. Atap bangunan utama yang dilengkapi dengan lucarn (bangunan kecil yang menjorok ke luar) serta tidak adanya teritisan merupakan ciri bangunan bergaya Eropa.
Bangunan lain yang tak kalah unik adalah kantor Direktorat Keuangan AD Keuangan Pusat II. Bangunan ini setipe dengan Detasemen Markas Kodam III Siliwangi. Bangunan terkesan tegas dan kokoh. Pilar-pilar berbentuk silindris tampak kokoh menyangga kanopi di bagian pintu masuk utama. Pada atap bangunan terdapat lucarn. Jendela krepayak yang lebar dan tinggi, serta ornament garis pada dinding bangunan menjadikan bangunan ini terkesan masif.
Bangunan lain yaitu Kantor Inspektorat Jenderal Angkatan Darat, yang terlihat sangat sederhana jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan yang telah diuraikan sebelumnya. Denah bangunan berbetuk persegi, dengan sisi panjang hampir tiga kali lipat sisi lebarnya. Deretan jendela model panil kaca dan krepyak mendominasi dinding bangunan di setiap sisinya. Hampir tidak ada ornamen ataupun profil pada dinding bangunan ini, selain susunan batu andesit ekspose pada dinding bagian bawah.