Pembangunan kota Banten sebagai Negara Kota (city state) sekaligus sebagai Kota-Bandar (harbor city) dilakukan sejak Maulana Hasanudin, Maulana Yusuf, dan mencapai puncaknya pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Kebesaran Sultan Banten pada masa ini ditunjang oleh beberapa faktor, seperti letak geografis yang strategis, kondisi lingkungan (ekologis) yang menguntungkan, struktur masyarakat, dan pemerintahan yang kuat.
Keberadaan Banten Lama sebagai pusat kesultanan dan kota bandar yang dilengkapi dengan berbagai sarana diberitakan jelas oleh Belanda ketika mengirimkan ekspedisi pertamanya menuju Banten di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Houtman menggambarkan keberadaan kota dengan keraton, Masjid, alun-alun, pasar, pelabuhan, jalan, perdagangan di pasar karangantu, perkampungan penduduk dari berbagai tempat di Indonesia, struktur masyarakat, dan pemerintahan Banten pada akhir abad ke-16.
Kajian tentang kota Banten dapat dijelaskan berdasarkan peta peta lama yang sayangnya tidak bersekala pada waktu Banten menjadi pusat pemerintahan. Berdasarkan peta tahun 1596 yang dibuat Willem Lodewijckz, dapat diketahui bahwa kota Banten mempunyai batasan batasan sebagai berikut Sebelah utara oleh laut jawa dan dua kelompok pemukiman yang ada ditepi laut, Sebelah timur oleh bangunan yang diduga Masjid, los panjang, dan tanah kosong.
Selain itu, kota Banten dilintasi oleh dua sungai yang saling berpotongan sehingga dalam wilayah kota banten dilintasi oleh dua sungai. Muara sungai tersebut berada di sebelah barat kota,di timur kota,dan diantara kedua muara tersebut.
Berdasarkan peta tahun 1596 disebutkan bahwa sungai tersebut adalah Cibanten. Kota Banten pada masa itu telah dikelilingi tembok kota dengang jalur berbentuk zig zag. Diluar tembok kota terdapat sungai Cibanten yang di duga sebagai pengaman kota Banten. Pemungkiman yang terdapat di kota Banten mengalami perkembangan, baik dalam sebaran maupun dalam jumlah.
Tembok keliling kota diperkuat dan di pertebal,demikian juga tembok benteng di sekeliling istana. Tembok benteng diperkuat dengan lapisan luar yang terbuat dari bata dan karang dengan parit parit di sekelilingnya. Dalam perkembanganya sebagai kesultanan dan perdagangan, maka tidak menghernkan jika Banten merupakan salah satu tempat yang banyak memiliki tinggalan purbakala.