Situs Megalitik Batu Bedil secara administratif berada di Jalan Air Bakoman, Dusun Batu Bedil, Desa Gunung Meraksa, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Pada situs ini terdapat sebuah menhir berukuran besar dan tinggi yang oleh masyarakat setempat dinamakan dengan “Batu Bedil”, dinamakan demikian dikarenakan dahulunya sering terdengar adanya bunyi letusan. Menhir Batu Bedil ini memiliki ukuran lebar ± 109 cm dan tinggi ± 220 cm, selain “Batu bedil” pada lokasi tersebut juga banyak ditemukan batu-batu tegak, lumpang batu, altar batu/dolmen, dan batu bergores.
Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitik biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Bangunan-bangunan megalitik ini selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Bangunan ini kemudian menjadi medium penghormatan, tempat singgah sekaligus menjadi lambang si mati (nenek moyang).
F.A. Wagner dalam “Indonesia: The Art of an Island Group” menyatakan bahwa bangunan megalitik tidak hanya batu besar, akan tetapi batu kecil dan bahkan tanpa monumen pun dapat dikatakan berciri megalitik, apabila benda tersebut dimaksud untuk pemujaan arwah nenek moyang. Pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi tinggalan arkeologis di situs Batu Bedil. Tinggalan arkeologis di situs ini tidak semuanya berukuran besar, beberapa tinggalan tradisi megalitik tersebut berukuran kecil. Tampak adanya konsep penempatan batu-batu di situs ini, yang kemungkinan di masa lalu mempunyai makna khusus bagi masyarakat pendukung budaya tersebut.